Kaesang Pangarep pernah menjadi perbincangan ketika terlihat mengenakan baju bertuliskan "Putra Mulyono". Frasa ini mengacu pada julukan yang muncul sebagai bentuk kritik terhadap Presiden Joko Widodo, di mana "Mulyono" digunakan secara sarkastik oleh publik. Namun, Kaesang justru tampak bangga mengenakan baju tersebut, seolah ingin menunjukkan bahwa ia tidak terganggu oleh kritik terhadap ayahnya.
Di TikTok:
Respons pengguna TikTok terhadap aksi Kaesang ini sebagian besar positif. Banyak yang menganggapnya sebagai bentuk kedekatan dengan rakyat dan menilai tindakan Kaesang sebagai humor yang cerdas di tengah situasi politik yang panas. Beberapa komentar memuji keberanian Kaesang dalam merespons kritik dengan santai, bahkan menyebutnya sebagai sosok yang rendah hati dan relatable.
Di Twitter:
Sebaliknya, di Twitter, respons terhadap Kaesang cenderung lebih kritis. Banyak warganet yang menilai tindakan ini sebagai upaya pencitraan politik yang disengaja. Beberapa bahkan menganggapnya tidak etis karena dinilai memanfaatkan situasi untuk menarik simpati publik menjelang pemilu. Kritik semacam ini menunjukkan perbedaan cara platform media sosial membentuk persepsi publik terhadap politisi.
Gibran Rakabuming Raka: Simulasi Makan Gratis dan Akun 'fufufafa'
Kasus lainnya melibatkan Gibran Rakabuming Raka. Sebelum pelantikannya sebagai Wakil Presiden terpilih, muncul isu tentang akun Kaskus bernama "fufufafa" yang diduga milik Gibran. Meski tidak ada konfirmasi resmi mengenai hal ini, isu tersebut sempat memengaruhi citranya di media sosial. Di tengah perdebatan, Gibran juga terlibat dalam kegiatan sosial, seperti membagikan susu atau makanan gratis ke sekolah-sekolah di Jawa Tengah.
Di TikTok:
Video viral di TikTok menunjukkan seorang siswi yang merekam Gibran secara diam-diam saat ia membagikan makanan gratis di sekolah. Dalam video tersebut, Gibran yang menyadari aksinya direkam justru ikut memvideokan balik siswi itu, yang tampak malu-malu. Aksi ini menuai banyak komentar positif dari pengguna TikTok. Warganet memuji kehumblan Gibran, menyebutnya sebagai sosok yang ramah dan tidak mudah marah. Bahkan, beberapa komentar memuji penampilannya yang terlihat menarik di video tersebut.
Di Twitter:
Sebaliknya, respons di Twitter kembali bernada kritis. Beberapa warganet menyebut tindakan Gibran sebagai upaya pencitraan politik untuk membersihkan namanya dari isu negatif yang beredar, seperti dugaan kepemilikan akun Kaskus "fufufafa". Ada juga yang menggunakan istilah "fufufafa" sebagai julukan baru untuk Gibran, menandakan bahwa isu tersebut masih menjadi bahan perdebatan di platform ini.
Dampak Polarisasi dan Pencitraan di Media Sosial.
Media sosial sebagai ruang publik virtual memiliki kekuatan besar dalam membentuk presepsi masyarakat terhadap politisi. Namun, dibalik potensi positifnya, ada juga dampak yang signifikan, terutama dalam hal polarisasi dan pencitraan politik.
Dampak Polarisasi
Polarisasi merupaka salah satu dampak nyata dari penggunaan  media sosial dalam komunikasi politik. Polarisasi terjadi ketika masyarakat terbagi menjadi kelompok yang saling berlawanan, sering kali didorong oleh infomasi yang disajikan secara bias di media sosial. Algoritma media sosial cenderung memperkuat preferensi individu dengan menampilkan konten yang sesuai dengan pandangan mereka (filter bubble). Hal ini membuat pengguna lebih sulit menerima sudut pandang berbeda.