Mohon tunggu...
Dion Siallagan
Dion Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Orang biasa yang ingin berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wajah Pendidikan Kewarganegaraan di Masa Depan: Tantangan atau Peluang dalam Mewujudkan Penghayatan Hidup Berbangsa dan Bernegara

27 Maret 2022   09:33 Diperbarui: 27 Maret 2022   09:35 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi.

Manusia sebagai mahluk sosial

Sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. 

Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk sosial. Esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya dalam kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan dengan manusia lainnya di dalam masyarakat. Masyarakat yang paling kecil dalam keluarganya, di kampungnya, sampai organisasi kemasyarakatan yang besar, sebagai negara.

Manusia sebagai mahluk Susila 

sebagai makhluk susila (moral being). Pribadi manusia yang hidupbersama itu melakukan hubungan dan interaksi baik langung maupun tidak. Di dalam proses interaksi itu tiap pribadi membawa identitas dan kepribadian masing-maising. Oleh karena itu keadaan yang heterogen (beraneka ragam) akan 

Kesadaran susila (sense of morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas sosial, sebab, justru adanya nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai hanyalah di dalam kehidupan sosial. Artinya kesusilaan atau moralitas adalah fungsi sosial. Tiap hubungan sosial mengandung hubungan moral. Pendidikan Kewarganegraan memiliki sifat dinamis, diharapkan mampu menarik perhatian siswa, sehingga siswa dapat membentuk konsep berpikir moral dalam dirinya, seta mampu mengambil keputusan moral sesuai dengan nilai, norma, dan moral dalam pembentukan kepribadian siswa. 

 Manusia sebagai mahluk religi

 Manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertakwa kepadaNya. 

Manusia hidup beragama kerana agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Dalam keberagaman ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya.

Dinamika Pendidikan Kewarganegaraan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun