Mohon tunggu...
ADI MUKTI
ADI MUKTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Banyak menulis berarti banyak membaca. Support aku di https://sociabuzz.com/justukiyoo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gen Z tapi Gak FOMO? Mungkin Faktor Ini Aku Gak Begitu

19 Juli 2024   21:12 Diperbarui: 19 Juli 2024   21:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutku alasan kenapa informasi semakin meluap karena adanya FOMO (Fear of Missing Out). Penyakit ini mendorong orang-orang untuk memproduksi "informasi" mereka sendiri.

Mindset sebagai "konten kreator" ini seakan-akan membuat orang untuk terus mencari hal baru.

Akibatnya, orang cenderung terlalu dini dalam beropini dan menyimpulkan segala peristiwa.

Seperti kasus penjaga memukul anjing. Hanya dalam kurun satu jam, berita atau konten dengan topik tersebut banyak beredar.

komentar negatif bermunculan lantaran petugas satpam melakukan kekerasan terhadap hewan, pada saat itu belum ada pernyataan yang bersangkutan atau kronologi spesifiknya.

Setelah diketahui bahwa petugas keamanan memberikan penjelasan bahwa ia melakukan itu untuk melindungi kucing dari gigitan anjing.

Tidak sedikit orang yang menarik perkataannya dan berbalik empati terhadap satpam tersebut. Ini merupakan contoh terbaru dan paling tepat untuk mendefinisikan FOMO.

Aku tidak melihat diriku sebagai pengguna media sosial yang FOMO. Di satu sisi bersyukur, di sisi lain juga bingung.

Aku merasa banyak hal yang orang-orang anggap populer, justru aku tidak sepenuhnya tertarik untuk mengadopsinya, baik dari segi kebiasaan atau pun konsumsi informasinya.

Mungkin di balik itu ada peran didikan orang tua. dari dulu orang tua senantiasa menjagaku dari sikap antusias terhadap sesuatu.

Aku masih ingat waktu itu tahun baru, dimana orang-orang main kembang api. Orang tua sebaliknya malah melarang menggunakannya.

Hal tersebut bukan sekali dua kali, tetapi rutin. Banyak momen yang orang tua batasi karena mereka melihat manfaat yang ada di dalamnya.

Di situ aku belajar untuk senantiasa bersikap curiga terhadap segala sesuatu yang baru. Bukan berarti itu tidak boleh, tetapi selektif mengonsumsi informasi perlu lebih bijak.

Bahaya FOMO membuat kita menjadi adiksi terhadap media sosial. Seseorang akan terdorong untuk lebih impulsif scroll media sosial.

Studi yang dilakukan oleh James A. Robert dan Meredith E. David dari Baylor University menjelaskan adiksi media sosial akibat FOMO.

FOMO secara signifikan mempengaruhi perilaku media sosial. Individu dengan FOMO yang tinggi lebih cenderung melakukan pengecekan platform media sosial secara kompulsif untuk menghindari perasaan ditinggalkan.

Intinya ialah selektif terhadap informasi populer di dunia maya adalah langkah yang bijaksana bagi kita dalam menghindari FOMO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun