Penelitian tersebut merekrut 9.896 wanita hamil pada rentang waktu April 2002 hingga Januari 2006 yang dipantau hingga anak mereka lahir.
Selain itu, terdapat 2.861 anak yang observasi mulai dari umur 9 sampai dengan 12 tahun. Mereka menjalani sesi pencitraan resonansi magnetik (MRI) untuk mengevaluasi mikrostruktur materi putih mereka.
Penelitian ini merupakan proyek jangka panjang yang berada dalam kerangka Generation R Study yang berlokasi di Rotterdam, Belanda.
Mereka menghitung suhu rata-rata selama periode empat minggu sejak pembuahan hingga penilaian MRI anak-anak. Suhu rata-rata empat minggu selama periode penelitian adalah 12,0 derajat Celsius (53,6 derajat Fahrenheit).
Studi tersebut menemukan paparan dingin dan panas selama masa awal kehidupan punya pengaruh signifikan pada struktur mikro materi putih otak mereka.
materi putih merupakan bagian dari sumsum tulang belakang. Mengutip Siloam Hospital, materi putih punya peran penting.
Materi putih atau disebut juga substansia alba bertanggung jawab dalam memastikan komunikasi antara bagian-bagian otak dengan materi abu yang mengirimkan rangsangan tubuh berjalan dengan baik.
Studi ini memperkuat alasan bahwa iklim punya peran penting dalam perkembangan anak terkhusus pada kondisi pertumbuhan otak mereka.
penulis studi Laura Grans, seorang dokter medis dan peneliti predoktoral di Bellvitge Biomedical Research Institute (IDIBELL) dan di Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal) juga ikut berkomentar.
"Dampak suhu pada kesehatan manusia menjadi perhatian bagi komunitas ilmiah dan masyarakat, mengingat keadaan darurat perubahan iklim yang sedang berlangsung," ucapnya.