2.Ahmad Musadeq
Abdul Salam atau yang lebih dikenal dengan Ahmad Musadeq adalah salah satu nabi palsu di Indonesia. Dirinya mengaku sebagai nabi setelah melakukan semedi di Gunung Bunder, Bogor selama 40 hari 40 malam. Nama aliran yang dibawa olehnya adalah Al-Qiyadah Al-Islamiyah,ajaran yang dibawa olehnya adalah perpaduan antara Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, Qur'an, dan wahyu yang diakui turun kepadanya. Dulunya aliran yang dibawa Ahmad Musadeq ini sangat berkembang pesat dengan 1000 pengikut baru setiap harinya.
Kemudian pada tahun 2007 aliran ini dianggap sesat oleh MUI dikarenakan menyimpang dengan ajaran islam dan melakukan perpaduan ajaran antar beberapa agama. Lalu pada akhirnya pada tahun 2008 Pengadilan Negeri Jakarta memvonis 4 tahun penjara Ahmad Musadeq dipotong masa penahanan karena kasus penodaan agama. Dari sinilah perjalanan Al-Qiyadah Al-Islamiyah berakhir.
3.Mirzha Ghulam Ahmad
Dia pendiri gerakan keagamaan dalam Islam bernama Ahmadiyah. Dirinya mengaku telah dipilih Allah SWT sebagai Al Mahdi dan juga Al-Masih atau Mesias yang dijanjikan. Dirinya juga mengaku sebagai Mujadid Islam yang dijanjikan.
Ahmadiyah ini telah menyebar di 212 negara dengan pengikut jutaan. Pemikiran Ahmadiyah adalah menekankan keyakinan bahwa Islam adalah keputusan terakhir bagi umat manusia sebagaimana diwahyukan kepada nabi Muhammad dan mengembalikannya ke bentuk aslinya yang telah hilang selama berabad-abad. Ciri dari gerakan ini adalah mengkufurkan umat Islam yang tidak sepemahaman dengan ajaran ini.
Ahamadiyah dianggap sesat karena pendirinya Mirzha Ghulam Ahmad mengaku sebagai nabi. Di Indonesia sendiri ada kurang lebih 400.000 orang penganut Ahmadiyah ini.
Dari beberapa nabi palsu yang telah disebutkan di atas, pada dasarnya dalam belajar agama kita membutuhkan sosok pembimbing yang benar-benar tinggi keilmuannya dan bernasab sampai Rasulullah SAW yaitu para ulama, Kyai, atau Guru. Guru adalah sosok penting dalam kita belajar, terlebih belajar mengenai Agama. Karena peran guru di sini bukan hanya sebagai pendidik melainkan juga sebagai pembimbing.
Dalam khazanah keilmuan pondok pesantren guru disebut juga sebagai orang tua yang mendidik, memelihara, dan merawat jiwa. Dalam bahasa jawa disebut dengan wong tuo kang ngithik-ngithik ing jiwo. Oleh karena itu sudah semestinya kita dalam belajar harus dengan guru, tetapi dengan catatan guru yang benar-benar memiliki keilmuan yang tingi serta bersanad sampai Rasulullah SAW. Sehingga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dan terhindar dari salah pemahaman yang dapat mengakibatkan kesesatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H