Oleh: Rakhmat Fadhilah, Program Studi Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang, Tangerang
A. Pendahuluan
Dunia Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini berkembang dengan kecepatan yang luar biasa, seiring dengan semakin canggihnya teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi. Teknologi ini tidak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan hidup, tetapi juga membawa tantangan besar dalam hal profesionalisme dan etika. Di tengah arus besar inovasi ini, para profesional TIK dihadapkan pada pilihan sulit: harus mengutamakan efisiensi yang dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan, atau etika yang menuntut perhatian terhadap dampak sosial dan moral dari teknologi yang mereka kembangkan. Konflik antara keduanya bukanlah hal yang baru. Namun, di era generative AI dan big data, dilema ini semakin kompleks. Profesionalisme di dunia TIK bukan hanya tentang keahlian teknis, tetapi juga tentang bertanggung jawab terhadap dampak teknologi terhadap masyarakat. (Riyanto, 2023)
Saya pribadi percaya bahwa meskipun efisiensi teknologi sangat penting, kita tidak boleh mengabaikan etika. Teknologi harus diciptakan untuk memberikan manfaat yang seimbang bagi masyarakat, bukan hanya untuk keuntungan sesaat. Dengan menyeimbangkan keduanya, kita bisa menciptakan teknologi yang tidak hanya canggih, tetapi juga bermanfaat dan bertanggung jawab.
B. Pembahasan Utama
1. Profesionalisme TIK: Antara Etika dan Efisiensi
Seorang profesional TIK tidak hanya diukur dari keterampilan teknis yang dimilikinya, tetapi juga dari sejauh mana ia dapat menyeimbangkan efisiensi dan etika dalam pekerjaannya. Profesionalisme yang baik dalam bidang ini mencakup tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan dan diterapkan membawa manfaat bagi masyarakat tanpa merugikan individu atau kelompok tertentu. (Hasibuan, 2017)
Dalam konteks efisiensi, TIK menawarkan kemampuan untuk mempercepat proses bisnis, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional. (Ardiansyah, 2023)Contohnya, penggunaan kecerdasan buatan dalam otomasi tugas-tugas rutin di berbagai sektor industri memungkinkan perusahaan untuk menghemat waktu dan sumber daya. Namun, dalam mengejar efisiensi, seringkali pertanyaan etis muncul---terutama terkait dengan privasi data dan keadilan algoritma. Sebagai contoh, aplikasi yang memanfaatkan big data untuk mengoptimalkan keputusan bisnis sering kali melibatkan pengumpulan data pribadi dalam jumlah besar. Jika tidak dikelola dengan benar, data ini dapat disalahgunakan, mengancam privasi pengguna dan bahkan memperburuk kesenjangan sosial.
2. Kode Etik TIK: Panduan untuk Profesionalisme
Kode etik profesional TIK berfungsi sebagai pedoman bagi praktisi untuk membuat keputusan yang mengutamakan etika, bukan hanya efisiensi. Salah satu acuan utama adalah ACM Code of Ethics and Professional Conduct, yang menekankan prinsip-prinsip seperti:
- Kejujuran dan Keadilan: Profesional TIK harus memastikan bahwa teknologi tidak mendiskriminasi atau merugikan individu atau kelompok tertentu, termasuk menghindari bias dalam algoritma.
- Kerahasian dan Perlindungan Data: Data pribadi pengguna harus dilindungi dan dikelola dengan cara yang transparan, aman, dan hanya digunakan untuk tujuan sah.
- Tanggung Jawab Sosial: Profesional TIK harus mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari teknologi, memastikan teknologi membawa manfaat lebih dari sekadar keuntungan ekonomi.
Namun, penerapan kode etik ini tidak mudah, terutama dengan perkembangan teknologi yang cepat, seperti generative AI. Oleh karena itu, para profesional TIK harus terus memperbarui pemahaman mereka tentang prinsip-prinsip etika agar tetap relevan dengan inovasi yang ada. (Gotterbarn, et al., 2018)
3. Persiapan Mahasiswa Informatika Sebelum Terjun ke Dunia Profesional TIK
Sebelum terjun ke dunia kerja, mahasiswa informatika perlu dibekali dengan lebih dari sekadar keterampilan teknis. Mahasiswa harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai etika dan profesionalisme di bidang TIK, mengingat tantangan yang akan mereka hadapi di dunia nyata. Salah satu persiapan utama adalah memahami dan mengaplikasikan kode etik TIK dalam pekerjaan mereka.
Selain itu, mahasiswa juga perlu mempersiapkan diri dengan kemampuan kritis untuk mengevaluasi dampak sosial dari teknologi yang mereka ciptakan. Sebagai contoh, seorang pengembang perangkat lunak harus bisa mempertimbangkan apakah produk yang mereka buat akan mempengaruhi masyarakat secara positif atau justru merugikan. Pendidikan yang lebih berfokus pada etika teknologi dapat membantu mahasiswa untuk lebih siap dalam menghadapi dilema etis yang mungkin muncul di tempat kerja.
Pendidikan yang melibatkan topik-topik seperti perlindungan data, keadilan algoritma, dan pengelolaan risiko teknologi akan sangat membantu mahasiswa dalam mempersiapkan diri sebagai profesional yang tidak hanya kompeten dalam hal teknis, tetapi juga bijak dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. (Nawawi & Aliyyah, 2024)
Opini Utama
Melihat dampak besar teknologi, saya percaya bahwa profesionalisme dalam bidang TIK harus mengutamakan penciptaan teknologi yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat. Meskipun efisiensi teknologi penting, hal itu tidak boleh mengorbankan etika. Sebagai contoh, meskipun AI dan otomatisasi meningkatkan efisiensi, penggunaannya yang tidak transparan atau berbasis data bias bisa memperburuk ketidaksetaraan sosial. Oleh karena itu, perusahaan dan pengembang TIK harus memastikan teknologi yang mereka buat adil dan transparan. (Adhiputra, 2014)
Untuk menyeimbangkan efisiensi dengan etika, saya menyarankan beberapa kebijakan:
- Regulasi yang Lebih Ketat: Pemerintah perlu menetapkan regulasi yang lebih jelas terkait penggunaan data pribadi dan AI, seperti yang dilakukan oleh GDPR di Uni Eropa.
- Pendidikan Etika Teknologi: Lembaga pendidikan harus memperkuat kurikulum etika dan profesionalisme untuk melatih mahasiswa berpikir kritis dan bertanggung jawab.
- Kolaborasi Industri dan Akademisi: Kolaborasi antara industri dan akademisi penting untuk mengembangkan pedoman etika yang jelas dan diterima oleh semua pihak.
Â
Â
Kesimpulan
Di dunia TIK yang terus berkembang, profesionalisme yang berbasis pada etika harus menjadi pilar utama dalam pengembangan teknologi. Meskipun efisiensi adalah tujuan penting, teknologi harus dikembangkan dengan mempertimbangkan dampak sosial dan moral. Profesional TIK harus menjadi penjaga keseimbangan antara kedua hal ini, memastikan bahwa teknologi tidak hanya cerdas dan efisien, tetapi juga adil, transparan, dan bermanfaat bagi semua orang. Dengan demikian, kita dapat menciptakan masa depan digital yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Adhiputra, M. W. (2014). Prinsip Etika Dalam Bisnis Hindu (Fenomena Praktik Bisnis Di Era Globalisasi). Universitas Mahendradatta, Denpasar. Bali, 31.
Ardiansyah, W. M. (2023). Peran Teknologi dalam Transformasi Ekonomi dan Bisnis di Era Digital. JMEB Jurnal Manajemen Ekonomi & Bisnis, 1.
Gotterbarn, D., Bo, B., Flick, C., Kirkpatrick, M., Miller , K., Vazansky, K., & Wolf, M. (2018). ACM code of ethics and professional conduct. Association for Computing Machinery, 29.
Hasibuan, A. (2017). Etika Profesi-Profesionalisme Kerja. OSF Preprints, 50-51.
Nawawi, M., & Aliyyah, R. ( 2024). Transformasi Pendidikan Tinggi Menuju kualitas dan Profesionalisme. Karimah Tauhid, 2374-2390.
Riyanto, A. (2023). Guru pendidikan agama islam dimasa teknologi informasi dan komunikasi. Al Kasyaf (Jurnal Pendidikan dan Dakwah), 2985-9158.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H