Mohon tunggu...
Adi Lagaruda
Adi Lagaruda Mohon Tunggu... -

Tau Battu ri Bone Lassuka ri Gowa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Petualangan Orang Makassar di Negeri Siam (Thailand)

26 Agustus 2010   10:04 Diperbarui: 22 Maret 2019   15:10 1980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maklumat dari Raja Narai tersebut ternyata di patuhi oleh orang-orang Campa dan orang Melayu tetapi tidak demikian halnya oleh orang Makassar. Pangeran Makassar menolak meminta maaf kepada Raja Narai.

Tentang penolakan meminta maaf ini, Pelras menulis : "Hanya pangeran Makassar yang menolak meminta maaf. Alasannya, dia tidak pernah mau memberontak. Hanya saja kesalahannya adalah bahwa dia tidak melaporkan rencana pemberontakan orang Melayu dan Campa kepada Raja Siam - alasan sang pangeran karena dia juga tidak mau mengkhianati ke dua sahabatnya dengan membuka rahasia yang telah di percayakan kepadanya. Bagaikan buah simalakama.

Tetapi Pangeran Makassar tetap konsisten pada sikapnya, bahwa mereka sama sekali tidak bersalah, karena itu mereka tidak akan memenuhi maklumat Raja Narai, sebab tidak wajar bagi mereka datang meminta ampun dan merendahkan diri kepada raja untuk kesalahan yang tidak mereka lakukan.

Penolakan tegas ini, semakin mempertegang hubungan orang Makassar dengan pihak kerajaan Siam yang dibantu oleh pasukan Inggris-Perancis.

Pemicu pemberontakan dimulai ketika suatu hari sebuah kapal dagang dari Makassar tiba di Ayuthia membawa bingkisan raja Gowa untuk Pangeran Makassar. Kedatangan mereka ini kemudian di gunakan oleh pihak Raja Siam untuk menahan semua awak kapal karena di khawatirkan akan bergabung dengan kelompok pangeran Makassar yang tidak mau memohon ampun.

Dengan siasat licik, patroli kerajaan Siam berpura-pura memeriksa surat jalan nakhoda kapal Makassar ketika mereka berniat kembali. Pemeriksaan ini sesungguhnya hanyalah alasan agar semua awak kapal ditahan secara halus.

Tatkala nakhoda dan awak kapal mengetahui siasat licik ini, mereka yang waktu hanya berjumlah 6 orang mengamuk di ruang pertemuan pasukan kerajaan. Seorang perwira dan penerjemah perancis berhasil di bunuh.

Pergolakan di kapal ini terus berlanjut. Awak kapal lain yang berada di luar gedung serentak maju menggunakan sarung mereka sebagai perisai. Mereka dengan keberanian mengagumkan menerobos pasukan Siam dan perancis dan membunuh siapa saja yang mereka jumpai. Konon, menurut Pelras banyak pasukan Muangthai yang lari kocar kacir mencari perlindungan meskipun mereka menggunakan senjata api dan meriam.

Peperangan di kapal tersebut kemudian menjalar sampai di perkampungan Makassar tempat dimana Daeng Mangalle dan 120 orang Makassar telah siap dengan badik mereka. Beberapa hari kemudian pertempuran sengit terjadi antara orang Makassar yang berjumlah 120 orang melawan armada gabungan Perancis-Inggris-Muangthai yang berjumlah 4000 orang.

Berselang 3 minggu, pemberontakan ini berhasil di padamkan setelah semua lasykar Makassar tewas. Forbin, salah seorang komandan pasukan beberapa tahun kemudian menceritakan tentang keberanian orang-orang makassar yang di saksikannya dengan mata kepalanya sendiri. Katanya : "seumur hidup saya, tidak pernah bertemu dengan lawan yang begitu berani. 

Meskipun sudah tertembak, mereka terus melangkah maju, siap menusuk lawan mereka. Seorang Makassar yang di dapati masih hidup keesokan harinya meskipun terkena 17 tusukan tombak masih berusaha merampas senjata prajurit yang sedang memeriksanya dan berusaha membunuhnya sebelum mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun