Menurut saya Teman Ahok juga sudah “kehilangan muka”, kehilangan ruh terhadap “nilai-nilai bersama” yang diperjuangkannya. Teman Ahok telah kehilangan tongkat dan tidak akan mendapat sambutan antusias lagi dari masyarakat luas seperti dulu ketika mereka dibentuk dan bekerja.
Ini khabar gembira bagi lawan-lawan Ahok. Ahok bisa terjerembab oleh perilakunya sendiri. Karena dia tidak akan didukung penuh oleh “Teman Ahok”. Praktis dia hanya mengandalkan mesin partai pendukung plus Teman Ahok yang sudah kehilangan gairah.
Pertanyaannya apakah dia akan mudah dikalahkan ?, tidak juga. Meskipun Ahok sudah melakukan “blunder” dia tetap Gubernur petahana yang dianggap “berhasil” oleh masyarakat DKI (hampir 74 %).
Apakah Ahok akan menang, inilah pertarungannya !. Yang harus diingat bahwa pertarungan sebenarnya tetap ada di persepsi masyarakat. Siapa yang dalam detik terakhir ketika pemilih ada dibilik pencoblosan lebih dipercaya sesuai masalah dan kebutuhan mendesak pemilih (Hot Button), dialah yang akan dipilih. Jadi siapapun masih punya kesempatan, peluit panjang bahkan belum dimulai.
Lawan Ahok dan Tim harus bisa menemukan pembawaan dan karakter genuine dari kandidat. Seperti Jokowi yang tak berjarak dengan masyarakat, SBY yang tenang berwibawa, Ahok yang meledak-ledak tapi bersih. Anies Baswedan cerdas dan santun. Buwas yang punya karakter dan berani. Sandiaga bisnisman sukses yang handal, misalnya !. Jika Timses bisa menggali pembawaan dan karakter kandidat yang genuine kemudian menyuarakan sesuatu yang menjadi Hot Button publik hasilnya bisa mengejutkan.
Karakter itu harus genuine tidak bisa dibuat-buat karena kalau dibuat-buat masyarakat tidak akan percaya bagaimanapun gencar dan massifnya iklan ditayangkan. Pilpres 2014, Anda lihat hasilnya ketika seorang petinggi partai ingin mencalonkan menjadi presiden kemudian secara massif dan gencar mengiklankan dirinya, hasillnya mengecewakan !. Kenapa rakyat tidak mempercayainya.
Contoh aktual adalah adalah Rodrigo Duterte presiden terpilih Philipina sosok kontroversial yang sangat keras terhadap pelaku kejahatan sehingga dijuluki The Punisher. Ribuan penjahat hilang ketika dia 22 tahun menjabat walikota Davao.
Dalam kampanyenya menjadi presiden dia akan memberlakukan kembali hukuman mati. Memberikan izin kepolisian dan tentara untuk memburu dan menembak mati pelaku kejahatan. Menawarkan imbalan untuk setiap mayat pengedar narkoba. Duterte bahkan mendorong rakyat Filipina untuk membunuh para pelaku kriminal. Semuanya dikemukakan dengan pembawaan dan karakternya yang keras. Duterte dan Tim sangat cerdik karena inilah yang menjadi Hot Button masyarakat Phlipina saat ini yaitu faktor keamanan dan narkoba.
Ketika pegiat HAM memprotes Duterte, dia dengan sinis menyebutnya sebagai “bodoh”. Ketika gereja Katolik, ikut bersuara, Duterte dengan lantang menantang “Saya akan menyampaikan ceramah mengenai dosa-dosa gereja Katolik, apakah lembaga ini masih relevan. Hampir semua lembaga bermuka dua itu adalah gereja Katolik.” Bahkan baru-baru ini setelah menjabat sebagai presiden dan PBB mengkritik habis Duterte, dengan marah dia menyebut Philipina bisa keluar dari PBB dan dia mengejek apa yang PBB lakukan terhadap pembantaian di Timur Tengah atau ketika polisi Amerika menembaki warga kulit hitam.
Gayanya yang arogan mendapat banyak celaan dari aktivis, lawan politik, gereja dan PBB. Padahal gereja merupakan institusi yang punya pengaruh sangat penting dalam kehidupan social politik masyarakat Philipina. Tapi semua pencela dilawan dengan serangan yang lebih pedas. Karakternya yang keras apa adanya, justru menarik simpati masyarakat Philipina.
Tetapi apakah hanya berdasarkan itu Duterte menang, tidak! Dia juga menjanjikan reformasi bagi rakyat miskin Filipina. memperbaiki infrastruktur, menciptakan lapangan kerja dan mengangkat lebih dari seperempat dari total 100 juta warga Filipina dari kemiskinan. Duterte ingin memperluas kesejahteraan secara merata. Untuk mencapai itu Duterte bertekat merevisi konsitusi Phlipina, dengan mengubah sistem pemerintahan yang terpusat menjadi sistem federal, Daerah akan memiliki otonomi ekonomi yang besar dan bisa merasakan hasil produksinya sendiri.
“Apa yang bisa saya janjikan adalah bahwa saya akan melakukan yang terbaik, bukan hanya di jam-jam saya terjaga, bahkan juga di dalam tidur saya,” kata Duterte, mantap!