Mohon tunggu...
slamet riyadi
slamet riyadi Mohon Tunggu... -

Penulis dan konsultan marketingbeneran.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok, Bagaimana Mengalahkannya!

7 September 2016   09:31 Diperbarui: 7 September 2016   16:27 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kkata teman saya dengan “mulut rombeng”. Bicaranya meledak-ledak bahkan bahasa kebun binatang sering keluar dari mulutnya. Jika politisi lain akan tampil dengan sopan dengan nada bicara yang terjaga. Ahok justru tidak perduli dengan “sopan santun”. Ini adalah Novelty. Jadi tidak heran meskipun banyak yang mengkritiknya tetapi media dan masyarakat banyak yang senang, mendukung dan menunggu penuh antusias, apalagi yang akan Ahok katakan atau perbuat selanjutnya. Banyak ungkapan dan tindakan Ahok menjadi viral di sosmed. Terbaru Ahok menjadi pusat berita karena “tidak mau cuti” selama kampanye. Tapi harus diakui disinilah “kecerdikan Ahok” apapun yang diucapkan dengan “mulut rombengnya” selalu yang punya “nilai” untuk diperjuangkan, sesuatu yang mulya (pembenahan biroksasi yang bobrok, pemberantasan korupsi, penataan pemukiman dan lain-lain). Sehingga masyarakat umum tetap mendukung dan mengaguminya. Dalam konsep MarkBen “Hanya hati yang menggerakkan hati”

3. Ahok adalah pejabat yang lantang berteriak tentang pemerintahan yang melayani, bersih dan anti korupsi.

Jika politisi lain jika duduk di jabatan tertentu cenderung diam dan manipulatif. Ahok justru berlaku sebaliknya. Semua system yang dibangun, reqruitmen untuk menciptakan pemerintahan yang melayani, bersih dan transparans sehingga peluang korupsi diminimalisir.

4. Hanya Ahok Gubernur yang paling sering mengangkat dan memberhentikan pejabat dibawahnya.

Jika dilihat kinerjanya mengecewakan. Meski dikritik banyak pihak Ahok bergeming. Dia tidak segan apalagi takut untuk melaksanakan kebijaksanaannya. Untuk mencapai kinerja unggul Ahok menetapkan target tinggi. Tapi dia juga memberikan insentif yang sangat besar bagi pejabatnya. Pejabat di DKI penghasilannya jauh lebih besar dengan pejabat swasta pada umumnya.

5. Politisi lain ketika menjabat akan merapatkan barisan dengan partainya maupun partai pendukung.

Ahok justru keluar dari partai dan menantang partai lain di DPRD. Ditengah kemuakan masyarakat terhadap perilaku elit partai. Tindakan Ahok justru dipandang positif oleh sebagian besar masyarakat. Teman Ahok dan pengumpulan 1 juta KTP adalah bukti bagaimana “magnet” Ahok menarik simpati public. Ini Novelty.

Tapi Ahok menurut saya telah melakukan “blunder” dengan hanya memilih jalur parpol dibanding jalur independen yang telah susah payah diperjuangkan Teman Ahok dan masyarakat pendukungnya. Pengumpulan 1 juta KTP bukan pekerjaan ringan, dibutuhkan militansi dan organisasi yang rapi. Juga yang tak kalah pentingnya adalah “nilai bersama” yang diperjuangkan yaitu menghentikan politik kotor ketika partai memilih pemimpin. Tanpa “nilai bersama” mustahil timbul militansi, timbul antusiasme yang menular secara cepat.

Tetapi sayang! Sebelum Ahok membuat keputusan, saya telah memprediksi dalam tulisan “Ahok, Head to Head! “. Jika Ahok “realistis” akhirnya memilih jalur parpol maka Ahok akan dianggap sama dengan politisi lain, tidak jauh berbeda apapun akan dilakukan demi kekuasaan. Meskipun Teman Ahok bilang tidak apa-apa, tapi saya yakin suara mayoritas yang diam, kecewa. Karena “nilai bersama” yang ingin diperjuangkan layu sebelum berkembang.

Dengan pilihan ini Ahok yang semula dianggap banyak orang termasuk saya politisi yang punya nilai dan visi ternyata tidak jauh berbeda. Tulisan saya “Ahok, Preketek !” yang menyamakan Ahok dengan munculnya Obama dalam perpolitikan USA, ternyata tidak benar. Ahok adalah politisi biasa. Lalu kenapa sekarang dia nampak begitu “menonjol dan hebat”, karena republlik ini kekurangan tokoh yang mumpuni, mau bekerja keras dan berpihak pada rakyat. Partai gagal melahirkan tokoh-tokoh semacam ini. Seperti kata pepatah “ditengah orang buta, orang bermata satu menjadi raja”.

Menurut saya, Pilkada DKI 2017 yang semula akan berjalan penuh gairah dimana masyarakat luas akan mendukung Ahok dengan penuh heroisme akan menjadi dingin. Yang ada adalah mobilisasi antar parpol dimana masyarakat luas lebih sebagai penonton. Fenomena Jokowi ketika melawan Foke dan ketika Jokowi melawan Prabowo tidak akan terulang lagi. Dimana masyarakat luas ikut berpartisipasi dengan segala bentuknya. Pagelaran music rakyat, sumbangan sukarela dari rakyat, sulit diharapkan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun