Mohon tunggu...
slamet riyadi
slamet riyadi Mohon Tunggu... -

Penulis dan konsultan marketingbeneran.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok, Head to Head !

28 Juli 2016   12:29 Diperbarui: 7 September 2016   21:03 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ahok, Head to Head | Koleksi Pribadi

Meskipun sulit tapi pasti ada tokoh mumpuni dalam setiap sektor kehidupan tetapi masyarakat belum melihatnya karena belum dimunculkan. Terus terang masyarakat hanya butuh pemimpin yang layak dipercaya yang niatnya menjadi pemimpin bekerja untuk kesejahteraan semua rakyatnya bukan diri dan golongannya. Dan ini yang ditunjukkan Ahok selama ini. Jika ada tokoh yang punya rekam jejak seperti ini maka untuk mengalahkan Ahok sangat mungkin. Apalagi jika dia pribumi dan muslim.

Meskipun pernyataan ini narsis dan tabu, tapi fakta itulah yang terjadi dalam kehidupan. Referensi manusia dalam menentukan pilihan selalu mencari yang paling dekat dengan dirinya entah itu nilai, keyakinan, agama atau suku. Jika ada dua orang punya reputasi yang sama maka orang cenderung akan memilih yang paling banyak kesamaannya dengan dirinya sendiri.

Harus diakui Risma, Ridwan Kamil dan beberapa kepala daerah sukses lainnya yang disayang rakyatnya paling potensial melawan Ahok. Survei terakhir (Juni 2016) SMRC membuktikan bahwa pilihan utama masyarakat (38 %) karena sudah ada bukti kerjanya. Tetapi tokoh dibidang lain juga banyak. Jika dibilang bahwa Ahok tidak ada lawan itu mengkerdilkan bangsa besar ini. 

Tetapi partai harus merubah paradigmanya, merubah nilai dan prosedurnya dalam merekrut pemimpin. Jangan jadikan pola reqruitment pemimpin seperti ajang “Indonesian Idol” atau sekedar prosedural ujung-ujungnya adalah mahar politik. Harusnya sistim konvensi murni atau panel yang beranggotakan ahli dan orang partai untuk menyaring dan menyeleksi tokoh yang layak dijadikan pemimpin. Dan pola ini harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum Pilkada. Mereka yang aktif, bukan buka lowongan.

8. Faktor Resiko

Terlalu mahal resikonya bagi partai jika bersatu kemudian mengeroyok Ahok, kemudian kalah. Jika semua partai bersatu maka arus rakyat yang mendukung Ahok akan semakin besar karena Ahok dianggap korban dari konspirasi partai. Yang namanya semakin buram dimata sebagian besar rakyat.

Peta Persaingan

Melihat faktor-faktor dinamis diatas bagaimana kira-kira peta persaingan Pilgub DKI 2017. Alternatif pertama, meskipun sulit maka head to head Ahok Vs Yusril bisa saja terjadi. Jika parpol yang marah sama Ahok kemudian menjadikan Pilgub DKI sebagai Asal Bukan Ahok. Tetapi head to head juga bisa terjadi antara Gerindra Vs Ahok atau Ahok Vs PDIP, jika calon yang diusung PDIP potensial untuk mengalahkan Ahok. Alternatif kedua masih banyak karena semua memungkinkan jika partai bisa menyodorkan calon potensial yang bisa mengalahkan Ahok.

Tapi kemungkinan terjadi kejutan lainnya adalah Yusril tidak bisa maju, karena maju melalui jalur independen waktunya mepet, diusung partai lain juga tidak. Lalu bagaimana dengan calon lain yang selama ini ramai di media. Lulung, Adyaksa, Dani Ahmad, Idrus, Wanita Emas. Masyarakat masih menunggu kiprah mereka selanjutnya.
Sayang kalau mereka hilang tak tentu rimbanya. Harus diakui percaturan politik tidak hanya sekedar berani.

Tapi diperlukan perhitungan dan kecerdasan. Dan mereka harusnya sejak awal menyewa consultan politik yang mumpuni. Bagaimana strategi, cara masuk, cara bicara, cara mengkritik petahana, apa yang dikritik dan kapan menyampaikannya. Bagaimana menyusun ide dan apa yang ingin diperbuat untuk rakyat DKI. Semua harus berdasarkan research atau evidence based tentang apa keinginan dan masalah yang dirasakan rakyat DKI. Bahkan setiap daerah, jenis perumahan, usia, jenis pekerjaan mempunyai keinginan dan masalah yang berbeda-beda itulah yang mereka inginkan dari para calon pemimpinnya untuk bersuara.

Dari semua kemungkinan siapa yang bisa kalahkan Ahok. Harus diakui head to head punya kemungkinan paling besar untuk mengalahkan Ahok. Jika lebih maka kemungkinan Ahok untuk menang satu putaran menjadi lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun