Selain itu regulasi baru perbankan dan semakin canggihnya teknologi mobile merevolusi lingkungan dan industri perbankan. Sekarang mulai banyak pesaing non tradisonal perbankan (baik tabungan, kredit, investasi dan pembayaran) masuk pasar. Mereka memberi solusi dengan mengeksploitasi ketidakpuasan pada layanan perbankan tradisional atau menawarkan produk dan layanan baru yang lebih menarik (dalam teori MarkBen – Marketing Beneran disebut Novelty).
Di Inggris (2010) 49 juta pemegang rekening giro beralih ke operator lain hanya dalam 7 hari. Alasannya pesaing baru mereka memberikan produk dan layanan yang sederhana, mudah dan janji-janji baru yang selama ini tidak pernah mereka terima dari bank tradisional mereka.
“Hari ini menandai awal dari sebuah era baru persaingan dan pilihan konsumen di pasar transaksi berjalan” kata Adrian Kamellard, Chief Executive dari Dewan Pembayaran, yang mengawasi perombakan perbankan di Inggris.
Kedepan orang pergi ke bank ketika hanya memerlukan layanan khusus, selebihnya mereka cukup melalui online. Menarik untuk dilihat nanti apakah kenyamanan bank atau ATM akan terus menjadi faktor yang signifikan ketika orang memilih bank. Laporan PwC menunjukkan tahun 2025 Selandia Baru mungkin tidak memerlukan keberadaan cabang perbankan (Bank High Street) sama sekali.
Pertanyaannya apa fokus perbankan ke depan, pada cabang atau jenis pelayanan yang ada sekarang, di era ketika semua terkoneksi secara massif (IoT) atau fokus mencari jenis pelayanan baru, produk baru yang membuat pelanggan merasa lebih ( Dalam teori MarkBen – Marketing Beneranlebih hemat, lebih cepat, lebih nyaman, lebih aman, lebih manusiawi, dan lebih lebih lagi lainnya) berdasarkan perkembangan teknologi mutakhir dan perubahan perilaku nasabah yang mengiringinya. Jika di Selandia Baru diramal 2025 tidak memerlukan kantor cabang sama sekali dan tentunya nanti juga di negara lain termasuk Indonesia dan itu kurang dari 10 tahun.
Model bisnis tradisional perbankan saat ini akan terus-menerus mengalami tantangan luar biasa. Harus diakui perbankan Indonesia masih tenang-tenang dan lambat merespon fenomena ini. Tetapi ketika pesatnya perkembangan teknologi, perubahan perilaku konsumen, mulai banyaknya pesaing non tradisional inovatif yang masuk pasar secara drastis. Maka perbankan akan terburu-buru merespon perubahan mendasar tersebut. Apalagi mulai berlakunya MEA maka perbankan bonafid dari negara yang sudah maju (Singapura, Malaysia dan Thailand) sebentar lagi akan menyerbu Indonesia.
Kompetisi ini, menurut Ears and Young merubah dramatis lanskap industri perbankan. Sehingga memaksa bank menata kembali budaya, operasi dan strategi mereka. Bahkan definisi bisnis, produk dan jenis layanan mereka.
Karena dibalik perkembangan teknologi yang semakin canggih, nasabah yang semakin tinggi tingkat pendidikan, tinggi pendapatan, tinggi permintaannya tapi mereka tidak punya loyalitas. Mereka adalah pengguna berat teknologi yang senang menerima pendatang baru yang menawarkan cara baru yang menarik dalam berbisnis (Novelty). Jika dia tidak mendapatkan dari Anda maka dia akan mencari dari yang lain.
Megatrends ini menjadi pendorong terjadinya revolusi, yang akan memaksa bank untuk terus berubah dalam proses organisasi yang berkelanjutan. Karena selalu ada perubahan dan kebutuhan baru setiap saat. (Dalam teori MarkBen – Marketing Beneran memberikan kepuasan nasabah adalah proses yang tidak pernah selesai).
Pertanyaan fundamentalnya adalah kemana Bank menjaga dan mencari sumber-sumber pertumbuhan baru. Dimana menemukan peluang-peluang baru, bagaimana memanfaatkan perubahan yang terjadi dari berbagai kondisi persaingan, regulasi dan temuan teknologi terbaru.
Jawabannya adalah Nasabah Anda.