Hadis yang berbunyi "Perbedaan di antara umatku adalah rahmat" sering dijadikan landasan dalam menyikapi perbedaan yang ada dalam masyarakat Muslim. Hadis ini menunjukkan bahwa keragaman dalam pemahaman dan praktik Islam bukanlah sebuah masalah atau hambatan, melainkan sebuah anugerah yang harus dihargai.Â
Dalam konteks ini, perbedaan di kalangan umat Islam bisa berfungsi sebagai sarana untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama jika dipahami dan disikapi dengan bijaksana.
Hadis ini diriwayatkan dalam beberapa kitab hadis seperti Mustadrak oleh al-Hakim dan Sunan al-Kubra oleh al-Baihaqi.Â
Untuk memahami hadis ini dengan benar, penting untuk mengkontekstualisasikan bahwa perbedaan yang dimaksud dalam hadis bukanlah perbedaan yang bertentangan dengan ajaran Islam yang pokok, melainkan perbedaan dalam berbagai bentuk pemahaman dan interpretasi terhadap hukum-hukum syariat yang dihasilkan dari ijtihad (usaha penggalian hukum).
 Dengan kata lain, perbedaan ini mencakup berbagai aspek seperti fiqh, tafsir, dan pandangan lainnya yang tetap berada dalam kerangka ajaran Islam yang sahih.
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hakikat keberagaman. Dalam sejarahnya, umat Islam tidak hanya beragam dalam hal bahasa, budaya, dan etnis, tetapi juga dalam hal pemahaman ajaran agama. Oleh karena itu, ajaran Islam mengakui adanya perbedaan dalam berbagai hal selama perbedaan tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip dasar yang telah disepakati.
Konsep perbedaan sebagai rahmat bisa dipahami sebagai suatu berkah yang memungkinkan umat Islam untuk mengembangkan potensi intelektual dan sosialnya. Misalnya, dalam masalah fiqh, terdapat empat madzhab utama---Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali---yang menawarkan cara-cara berbeda dalam memahami dan menerapkan hukum-hukum Islam. Keberagaman ini bukanlah sesuatu yang merusak, melainkan memberikan umat pilihan yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan mereka.
Selain itu, perbedaan dalam tafsir Al-Qur'an juga menunjukkan betapa kayanya ilmu Islam. Setiap tafsir memiliki pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an, tergantung pada konteks sejarah, budaya, dan ilmu yang ada pada saat itu. Perbedaan ini memberikan kedalaman dan pemahaman yang lebih luas mengenai pesan-pesan Al-Qur'an.
Perbedaan-perbedaan ini, jika disikapi dengan rasa hormat dan kesadaran, dapat menjadi sumber kekuatan bagi umat Islam. Perbedaan menjadi suatu kesempatan untuk saling belajar dan saling memahami satu sama lain, memperkaya pandangan hidup, dan memperluas cakrawala pemahaman agama.
Walaupun perbedaan adalah rahmat, hal itu tidak berarti umat Islam bisa sembarangan dalam menyikapi perbedaan. Salah satu hal yang harus dijaga adalah ukhuwah Islamiyah, yaitu persaudaraan dan solidaritas di antara umat Islam. Menjaga ukhuwah Islamiyah sangat penting agar perbedaan tidak berujung pada perpecahan atau konflik. Islam mengajarkan untuk selalu mengutamakan kedamaian, saling menghargai, dan menghindari permusuhan.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara" (QS. Al-Hujurat: 10). Ayat ini menegaskan bahwa meskipun ada perbedaan di antara umat Islam, mereka tetap bersaudara dan harus menjaga hubungan baik satu sama lain. Oleh karena itu, perbedaan dalam masalah cabang (furu') tidak boleh dijadikan alasan untuk saling bertikai, apalagi memecah belah umat.
Perbedaan yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan intoleransi dan ekstremisme. Dalam sejarah umat Islam, kita sering kali melihat munculnya kelompok-kelompok yang merasa bahwa pandangan atau praktik mereka adalah yang paling benar, sementara yang lain dianggap sesat. Hal ini dapat memicu perpecahan yang merugikan umat secara keseluruhan. Dalam hal ini, sikap bijaksana dan moderat sangat dibutuhkan.
Islam mengajarkan agar umatnya tidak mudah menyalahkan atau menilai sesat orang yang berbeda pendapat dengan mereka. Toleransi dalam Islam tidak hanya terbatas pada hubungan dengan non-Muslim, tetapi juga dalam hubungan antar sesama Muslim yang memiliki perbedaan pendapat atau praktik.Â
Allah berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul-Nya..." (QS. An-Nisa: 59). Ayat ini mengajarkan umat Islam untuk kembali pada prinsip-prinsip dasar agama dalam menyelesaikan perselisihan dan perbedaan, serta untuk menghindari sikap ekstrem.
Para ulama memiliki peran penting dalam mengarahkan umat Islam dalam menyikapi perbedaan. Sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang agama, ulama dapat memberikan bimbingan yang tepat tentang bagaimana cara menyikapi perbedaan dalam berbagai bidang, baik dalam hal fiqh, tafsir, atau masalah sosial lainnya. Mereka diharapkan dapat memberikan penjelasan yang adil dan tidak memihak, serta menjauhkan umat dari sikap intoleran dan sektarian.
Ulama juga perlu menjaga agar perbedaan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah umat Islam. Oleh karena itu, sangat penting bagi mereka untuk selalu mengedepankan prinsip kesejukan, kasih sayang, dan keadilan dalam memberikan fatwa dan penjelasan.
kesimpulanya bahwa Hadis yang menyatakan bahwa "Perbedaan di antara umatku adalah rahmat" mengajarkan kita bahwa keragaman dalam umat Islam harus disikapi dengan kebijaksanaan dan saling menghargai. Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, melainkan sebuah anugerah yang bisa memperkaya pemahaman kita tentang agama. Oleh karena itu, umat Islam harus selalu menjaga ukhuwah Islamiyah, menghindari sikap intoleran, dan berusaha untuk menyikapi perbedaan dengan sikap yang terbuka dan penuh kasih sayang.
Dengan demikian, perbedaan bukanlah sumber perpecahan, tetapi bisa menjadi rahmat yang membawa keberkahan bagi umat Islam jika disikapi dengan baik. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama umat Islam untuk menjaga keharmonisan dan persatuan di tengah-tengah keragaman yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H