Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi Hanya Gubernur Tukang Curhat

14 Januari 2014   20:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:50 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak dinyana, hujan menjadi pintu masuk bagi sebagian orang untuk melampiaskan kekesalan mereka pada Jokowi. Hujan yang mengguyur Bogor dan Jakarta sepanjang hari Minggu kemarin membuat beberapa daerah kebanjiran. Gubernur DKI Joko Widodo

langsung mengambil langkah menerbitkan surat siaga darurat banjir dan menyetujui modifikasi cuaca meski dampaknya mungkin tidak akan signifikan.


Tangerang dan Bekasi yang tak luput dari terjangan banjir dinafikan, bahkan Depok yang pemimpinnya hanya mementingkan diri sendiri pun didiamkan. Banjir Jakarta adalah masalah Jokowi, tidak ada yang lain, pikir mereka.

Masyarakat yang buang sampah sembarangan adalah masalah Jokowi.

Macet dan pengendara yang tidak disiplin adalah masalah Jokowi.

Pembangunan perumahan di Depok adalah masalah Jokowi.

Villa villa mewah milik pejabat dan orang kaya du Puncak adalah masalah Jokowi.

Semua masalah adalah Jokowi.

Oleh karena masalahnya adalah Jokowi, maka ia pun harus jadi Presiden. Agar semua masalah terpusat pada seseorang bernama Jokowi. Kelak, ketika Jokowi jadi presiden setidaknya ada seseorang yang jadi kambinghitam, ada seseorang yang bisa dihujat, ada seseorang yang dicaci-maki dan Jokowi pantas untuk semua itu. Karena Jokowi yang tidak pintar bersilat lidah dan berdebat, ia akan diam saja.

Apalagi Jokowi hanya bisa curhat untuk pencitraan di media yang tidak seimbang. Jokowi yang media darling luput dari kritik pedas media karena media tidak bisa dubungkam lawan lawan Jokowi. Apa yang Jokowi punya selain media dibelakangnya?

Jokowipun bisa curhat. Menurut, Jokowi sudah terlanjur berakarnya masalah lingkungan dan infrastruktur membuat penanganan banjir tidak bisa diselesaikan dalam sehari, sebulan atau setahun. Perlu waktu bertahun-tahun.


"Namanya membangun infrastruktur itukan memerlukan waktu satu tahun, dua tahun dan tiga tahun. Kalau cuma ngeruk-ngeruk aja paling setahun dua tahun," jelas Jokowi usai meninjau Jl TB Simatupang, yang kemarin ambles saat kebanjiran, Selasa (14/1).

Kendala lainnya, seperti normalisasi sungai yang dilakukan banyak pihak yang harus diajak koordinasi. Tak bisa langsung dieksekusi. "Saya berikan contoh. Menormalisasi sungai Ciliwung. Memperlebarnya cepet, tapi warga yang ada di pinggir sungai Ciliwung ada 34 ribu KK. Kan harus dipindah. Kalau dipindah butuh apa? Rusun. Rusun bikinnya gimana? Nah lahannya belum ketemu, sekarang masih cari lahan. Nanti kalau udah ketemu bangunnya gimana? Butuh waktu juga," tandasnya ( seperti dikutip dari Merdeka.com )

Jokowi juga curhat pada kesempatan lain soal leletnya kinerja Kementerian Pekerjaan Umum karena tidak bisa menyelesaikan perbaikan tanggul Kanal Banjir Barat di ruas Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, sesuai dengan jadwal yang diharapkan. Perbaikan tanggul itu sedianya rampung pada akhir Desember 2014. Namun, target diundur hingga 5 Januari 2014 yang ternyata sampai saat ini proyek perbaikan itu belum selesai. Senin kemarin, pekerja menempatkan karung-karung pasir untuk mengantisipasi luapan air Kanal Banjir Barat ketika curah hujan tinggi.

"Kata kontraktornya, sih, paling enggak lima hari. Tapi saya cek sampai sekarang belum rampung-rampung," kata Jokowi saat meninjau ruas jalan yang ambles di Jalan TB Sumatupang, Selasa (14/1/2014 Kompas.com )

Jokowi mengatakan bahwa perbaikan tanggul tersebut sangat penting untuk mencegah banjir di Jakarta. Meski pengerjaan tanggul tersebut merupakan wewenang Kementerian PU, Jokowi mengatakan, publik menganggapnya sebagai tanggung jawab pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena letaknya di wilayah Jakarta. Oleh sebab itu, Jokowi mendorong Kementerian PU untuk segera menyelesaikan perbaikan tanggul tersebut secepatnya.

Jokowi yang enggan mengharap bantuan tak jelas dari pemerintah pusat melalui kementerian terkait malah menjadikannya sebagai bagian dari tanggung jawabnya selaku gubernur.

Kebiasaan Jokowi bekerja keras, sendirian hanya dibantu wakilnya Ahok, membuatnya hanya bisa curhat. Curhat ala Jokowi di media yang mengikutinya kemana saja dianggap pencitraan. Curhat ala Jokowi yang seolah sendirian karena masyarakat hanya bisa banyak "omong" nihil tindak. Jokowi yang tidak biasa menyapa warga lewat iklan yang manis membuai hanya punya betis dari kedua kakinya.

Ketika Jokowi curhat, kita terhibur. Kemudian kita mengidamkannya agar jadi presiden? Hah... presiden yang hanya punya betis? Yang ngurusin banjir saja nol besar? Bah.. ???


Tetapi kita lupa, Jokowi juga butuh bantuan meski hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya atau berkendara dengan sabar. Itu saja.


=Sachsâ„¢=


Artikel Terkait :

Jokowi Yang Takut Mati


Jokowi Dan Ahok, Saya Usul Hapus BBM Subsidi di DKI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun