"Namanya membangun infrastruktur itukan memerlukan waktu satu tahun, dua tahun dan tiga tahun. Kalau cuma ngeruk-ngeruk aja paling setahun dua tahun," jelas Jokowi usai meninjau Jl TB Simatupang, yang kemarin ambles saat kebanjiran, Selasa (14/1).
Kendala lainnya, seperti normalisasi sungai yang dilakukan banyak pihak yang harus diajak koordinasi. Tak bisa langsung dieksekusi. "Saya berikan contoh. Menormalisasi sungai Ciliwung. Memperlebarnya cepet, tapi warga yang ada di pinggir sungai Ciliwung ada 34 ribu KK. Kan harus dipindah. Kalau dipindah butuh apa? Rusun. Rusun bikinnya gimana? Nah lahannya belum ketemu, sekarang masih cari lahan. Nanti kalau udah ketemu bangunnya gimana? Butuh waktu juga," tandasnya ( seperti dikutip dari Merdeka.com )
Jokowi juga curhat pada kesempatan lain soal leletnya kinerja Kementerian Pekerjaan Umum karena tidak bisa menyelesaikan perbaikan tanggul Kanal Banjir Barat di ruas Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, sesuai dengan jadwal yang diharapkan. Perbaikan tanggul itu sedianya rampung pada akhir Desember 2014. Namun, target diundur hingga 5 Januari 2014 yang ternyata sampai saat ini proyek perbaikan itu belum selesai. Senin kemarin, pekerja menempatkan karung-karung pasir untuk mengantisipasi luapan air Kanal Banjir Barat ketika curah hujan tinggi.
"Kata kontraktornya, sih, paling enggak lima hari. Tapi saya cek sampai sekarang belum rampung-rampung," kata Jokowi saat meninjau ruas jalan yang ambles di Jalan TB Sumatupang, Selasa (14/1/2014 Kompas.com )
Jokowi mengatakan bahwa perbaikan tanggul tersebut sangat penting untuk mencegah banjir di Jakarta. Meski pengerjaan tanggul tersebut merupakan wewenang Kementerian PU, Jokowi mengatakan, publik menganggapnya sebagai tanggung jawab pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena letaknya di wilayah Jakarta. Oleh sebab itu, Jokowi mendorong Kementerian PU untuk segera menyelesaikan perbaikan tanggul tersebut secepatnya.
Jokowi yang enggan mengharap bantuan tak jelas dari pemerintah pusat melalui kementerian terkait malah menjadikannya sebagai bagian dari tanggung jawabnya selaku gubernur.
Kebiasaan Jokowi bekerja keras, sendirian hanya dibantu wakilnya Ahok, membuatnya hanya bisa curhat. Curhat ala Jokowi di media yang mengikutinya kemana saja dianggap pencitraan. Curhat ala Jokowi yang seolah sendirian karena masyarakat hanya bisa banyak "omong" nihil tindak. Jokowi yang tidak biasa menyapa warga lewat iklan yang manis membuai hanya punya betis dari kedua kakinya.
Ketika Jokowi curhat, kita terhibur. Kemudian kita mengidamkannya agar jadi presiden? Hah... presiden yang hanya punya betis? Yang ngurusin banjir saja nol besar? Bah.. ???
Tetapi kita lupa, Jokowi juga butuh bantuan meski hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya atau berkendara dengan sabar. Itu saja.
=Sachsâ„¢=
Artikel Terkait :