[caption id="" align="aligncenter" width="340" caption="Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo / KOMPAS. com/Indra Akuntono"][/caption]
Mungkin banyak diantara kita yang masih merasa bahwa masa depan Jokowi  di PDI-P cukup misterius dalam konteks pencapresan 2014 mendatang. Seseorang yang sering memaksakan keinginan dalam ketergesaan selalu ingin mendapatkan jawaban sesegera mungkin. Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya (meminjam desakan dari teks Proklamasi), tanpa memikirkan ada banyak kemungkinan dan progress yang masih panjang.
Ekspektasi yang berlebihan dari seseorang yang begitu diharapkan bisa jadi kekecewaan yang mendalam bahkan melahirkan kebencian yang tak terhingga, jika seseorang itu ternyata tidak sesuai yang diinginkan.
Misalnya kelak - 2014 - Jokowi benar benar terpilih menjadi Presiden, lalu mulai bekerja membenahi "kerusakan" yang terlanjur parah selama 8 tahun terakhir, hasilnya tentu tidak mudah dan tidak secepat yang dibayangkan/diharapkan, caci maki dan kutukan tentu jadi balasan yang setimpal untuknya dari mereka yang sebelumnya mendukungnya. Siapa suruh kalo gitu?
Kembali ke PDI-P, Ketua Umumnya Megawati Soekarnoputri masih menjadi contoh segar ketika harapan untuknya begitu besar karena kerusakan pasca reformasi, kemunduran oleh Gus Dur, Â euforia yang berlebihan, demokrasi yang masih bayi, ekonomi yang belum jelas hingga kekuatan HANKAM yang hampir bangkrut. Semua ingin mendapat perhatian sementara keuangan negara yang sedang sekarat. Mega menjadi sasaran caci maki hingga dianggap "tidak pintar" sementara ternyata penggantinya kelak dipilih dan berkuasa dua periode juga harus mengalami caci maki yang kurang lebih sama, Lebay, kerbau, dungu dst...
Kita menjadi terbiasa hanya ingin hasil yang baik dan memuaskan sementara kita tidak membantu sedikitpun selain mengharap menikmati hasil tanpa berkeringat.
Hingga kini, PDI-P masih dan selalu mengarahkan jari telunjuk pada Ketumnya sebagai pengambil keputusan akhir  jika ditanya wartawan, apakah Jokowi adalah calon dari partai itu?
Bahkan ada banyak rekan pers dan pengamat politik, termasuk blogger, berusaha tanpa kenal lelah mencari informasi terkait restu Megawati atas Jokowi. Penasaran... Semua ingin jadi yang pertama memberitakan jika lau Mega sudah memberikan restunya.
Terlepas dari resiko jika Jokowi kelak terpilih jadi Calon Presiden dan berkompetisi hingga mungkin terpilih alias menang pilpres 2014 seperti hasil survey, ada satu hal yang terlupakan oleh kita yang sedang menerka nerka keputusan putri Proklamator itu, apa syarat yang duajukan olehnya?
Syarat menjadi capres mungkin bukan hal sulit bagi setiap kader yang cukup banyak beredar di kandang Banteng. Beberapa nama cukup bisa diandalkan jika hanya bersaing dengan ketua umum partai lain, sebutlah misalnya Puan Maharani, Pramono Anung hingga mungkin Megawati sendiri.
Hanya saja, menilik pengalaman selama ini tentang bagaimana gaya Megawati menjalankan dan mempertahankan sikap partainya, sebenarnya tidak sulit menjajaki kemungkinan yang menjadi keputusan partai itu kelak.
Megawati terkenal dengan gayanya yang misterius dan cenderung melindungi anak buahnya dari kemungkinan "serangan" politik dari para kompetitor jika sebuah keputusan sudah terekspos sebelum waktunya. Ini terlihat misalnya ketika hampir setiap Pilkada, DPP PDI-P selalu memberi rekomendasi disaat yang dianggap tepat, dimana calon lawan akan sulit memberikan serangan karena mereka belum tahu siapa calon dari PDI-P. Beberapa berhasil dan beberapa juga tidak tentunya.
Jokowi yang sedang digadang-gadang berbagai pihak sebagai calon ideal Presiden mendatang ini  tetap memiliki kesempatan untuk mendapat restu dari PDI-P, itupun jika Jokowi memiliki tatakrama politik seperti yang dipercayai Ketum-nya. Megawati pernah merasa "ditikam" oleh pembantunya karena tanpa pamit dan permisi mengumumkan dirinya ingin jadi presiden. Kita berharap Jokowi bukan orang yang demikian, artinya, jika kelak Jokowi kurang sabar karena ingin secepatnya menjadi capres dari partai lain, tidak ada salahnya jika hanya sekedar permisi / pamit dari Mega.
Jokowi tentunya adalah orang yang memiliki idealisme dan ideologi politik yang dapat dipercaya oleh pengurus PDI-P, terutama oleh Megawati. Namun, apa yang ada dipikiran orang banyak bahwa Jokowi saat ini bukan hanya kader PDI-P semata melainkan  milik seluruh rakyat juga tidak sepenuhnya salah.
Jika sudah begini, Megawati yang tidak diragukan kecintaanya pada negeri ini harus memiliki pertimbangan yang lebih dari sekedar strategi tenggat waktu. Dan tanpa sadar, Mega hanya punya sedikit pilihan selain merestui Jokowi untuk berkiprah di ranah Pilpres 2014 mendatang. Namun dengan kesetiaan yang dimiliki seorang Jokowi, yang tidak mungkin mau berpindah "tunggangan", pilihan apa yang dimiliki seorang Mega?
Bukan pilihan, tapi mungkin lebih tepatnya syarat politik.
Kuat dugaan Megawati akan merestui Jokowi jadi Capres hanya jika PDI-P memenangi Pemilu 2014. Dengan suara yang  mensyaratkan 20 persen untuk Pencapresan, Mega  menginginkan PDI-P lebih meyakinkan untuk mengusung calonnya tanpa harus melakukan kontrak politik yang kacau bin aneh seperti Setgab Koalisi saat ini.
Syarat kemenangan ini tentu sudah dipahami seluruh pengurus PDI-P Â di DPP maupun DPD termasuk Jokowi sendiri karena mereka mengenal karakter Ketua Umum mereka dan strategi politiknya sendiri.
Megawati adalah perempuan yang berdiri kokoh dan tangguh di panggung politik, dilatih waktu dan kuasa penuh intrik. Anak proklamator utama dan seorang ibu rumah tangga biasa. Memasuki politik penuh sengaja, pernah dihujani penguasa bahaya dan celaka. Pribadi yang terbiasa menahan rasa, kelam sejarah yang kalah dan amarah. Dalam diam dia memagari partainya, bersabar menentang partai penguasa. Di penghujung suksesi kepemimpinan, keputusannya sangat menentukan.
=======
Pertanyaanya sekarang adalah :
Apakah mereka (yang diluar partai PDI-P) yang menginginkan Jokowi jadi Presiden, termasuk Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) 2014, siap memilih dan memenangkan PDI-P?
Percayalah, Jokowi akan tetap menjadi kader PDI-P dan tidak ada gunanya hanya ingin  Jokowi jadi Presiden tanpa memilih PDI-P. Danitulah konsekuensi yang patut dimengerti oleh mereka yang inginkan Jokowi jadi Capres.
:
:
=SachsTM=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H