Selanjutnya SBY juga menuliskan:
"Saya mengetahui sebagian masyarakat menyoroti dan protes kenaikan harga Elpiji 12 kg yang dilakukan Pertamina."
======
Ada yang salah? Tidak!.
Tetapi...
Sekali lagi... sebagai pemimpin, presiden bukan milik sebagian kalangan. Katanya presiden "mengetahui" tetapi pengetahuan SBY ternyata sangat terbatas. Seharusnya sebagai presiden, pak SBY tidak menggunakan kata "sebagian" dalam statemen seperti diatas, karena hampir tidak ada yang setuju kenaikan gas LPG Pertamina, kecuali orang desa yang tidak menggunakan gas elpiji dan Pertamina sendiri. Dan Pertamina bukan "sebagian lain masyarakat" sebab BUMN itu adalah perusahaan dan orang desa tadi pasti akan terdampak.
Dari pernyataan yang sepenggal diatas dapat kita lihat bahwa presiden menunjukkan cukup peka pada gejolak "dibawah" tetapi seolah tidak tahu siapa itu rakyat dan apa itu perusahaan? Meski keduanya dibawah kepemimpinan beliau selaku penguasa negara.
Bagaimanapun, presiden sudah menuliskan apa yang dia ingin sampaikan melalui akun twitternya. Banyak keluhan dari followers dan tidak terhitung juga keluhan yang ditujukan ke akun itu. Tetapi, jika selaku presiden dia menulis seperti diatas, jangan heran jika banyak intepretasi dari pembacanya. Sementara jika dia sebagai pemimpin, maka SBY perlu penasehat ilmu komunikasi literatif.
Bukan soal bagaimana kita berkuasa ( mencitrakan diri ), tetapi bagaiamana kita memimpin (membangun citra itu ).
=Sachsâ„¢=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H