Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Olok-olok Jokowi, Gita Perlu Malu

1 Februari 2014   02:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 4958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Berasnya harus disita untuk negara,” kata Firman - seperti dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (30/1/2014).

Anehnya, Gita dan kementriannya malah saling lempar tanggung jawab dengan Menteri Pertanian Suswono yang mengaku tidak mengeluarkan rekomendasi dan impor beras termasuk beras jenis medium sekalipun. Lagipula, yang harusnya yang boleh mengimpor hanya Bulog atas permintaan pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah Kementan dan Kemendag.

Lalu dimana keberpihakan Gita dan Suswono pada pasar dan petani lokal yang tradisional itu?. Bukankah tugas Gita melindungi para petani yang sedang dihadapkan kepada musibah bencana yang tak kunjung habis sementara pemerintah, dimana dia ada disana malah seolah berebut dolar AS dari kebijakan impor pangan?. Sebagai Menteri Perdagangan Gita Wirjawan harus bertanggungjawab memberi izin beras impor.


Adakah sesuatu yang disembunyikan oleh Gita dari pengunduran dirinya selain persoalan konvensi?.

Siapa yang diuntungkan dari impor beras yang bukan oleh Bulog itu?. Ataukah Mentan Suswono kembali mengukuhkan dirinya menjadi Menteri paling "lugu" di KIB II, setelah sebelumnya gagal mengatasi impor kedelai, kasus sapi impor, kenaikan harga cabai, bawang sampai jengkol pun ikutan "naik kelas" tak terbeli.

Celoteh Gita terkait blusukan Jokowi ke pasar tradisional mungkin tak disangka olehnya akan berbalik menjadi air yang menciprat balik ke wajahnya. Ini karena dia lebih suka "bermain" dipasar Internasional atau memang seorang Gita Wiryawan hanya ingin terlihat lebih "go Internasional"?.

Kalau maksudnya Gita bahwa dia lebih terkenal di luar negeri, ( terlepas dari masalah perhatian pada pasar pasar sungguhan) dibanding Jokowi, sepertinya air yang tepercik harus diganti dengan disiram. Apakah Gita lupa bahwa Jokowi bukan seorang menteri, bahkan sebelum menjadi Gubernur di Jakarta sudah cukup dikenal dunia?. Gita perlu berkaca pada diri dan niatnya jadi presiden, jika dia hanya ingin memberi makan pasar Internasional. Pengunduran diri Gita bukan sekedar ingin menang konvensi, bukan pula polemik rembes beras konsumsi, tapi ada nuansa kolusi dan aroma "pesanan kapitalis bukan pribumi".

Apalagi sebelum kini memuji, ia terikut arus memperolok blusukan Jokowi ke pasar tradisional pula!. Demi promosi?


=Sachs™=

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun