Demikin pula soal keputusan KOMDIS di era NH, membiarkan banyak pemukulan pada wasit sementara pemain bebas merumput.
Jika FIGC membuka borok yang terjadi demi kredibilitas Serie-A, walaupun itu memalukan, tetapi mereka mengedepankan kejujuran justru demi mengembalikan posisi Serie-A itu sendiri. Calciopoli, moggiopoli dan poli-poli lainnya memang memalukan, tapi jauh lebih memalukan jika Italia tidak punya liga.
Jadi, bisakah kita mendukung PSSI yang ingin membersihkan liga dan pengurus lama yang tidak ingin kebobrokan mereka terungkap?
Bisakah klub-klub pendukung KPSI hidup dan bersaing tanpa pengaturan skor atau "bantuan" wasit? Kita lihat sampai dimana KPSI menghambat pembangunan sepakbola nasional dan menyelamatkan masa lalu mereka.
Belajar dari keputusan sulit ala FIGC, PSSI punya pilihan, mengalah untuk kehancuran atau melanjutkan perjuangan yang kadung "berdarah-darah" nan penuh airmata demi kemajuan sepakbola INDONESIAÂ :-))
=SachsTM=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H