Mohon tunggu...
Adie Sachs
Adie Sachs Mohon Tunggu... Penulis - Hanya Itu

Happy and Succesfull... #Alert #Reveal

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anak Kost dan Telur Meledaknya di Padang Golf

11 Mei 2014   23:42 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ternyata... loe juga bisa bego ya?! " kata Sarmilih.

" Emang, sekolahan loe dulu dimane? " timpal si Menyo'.

Bahh... Walaupun hanya "Steward" biasanya aku terlihat smart dan cemerlang. Tapi, aku punya otak biasanya juga bebal kalau ketemu pelajaran Fisika dan Kimia di sekolahan.

====

Lapar, anak kampung, merantau, jadi anak kost. Lapar dan lapar...

Operasional restoran tempatku bekerja mulai pukul. 05:00 WIB. Maklumlah, restoran di Padang Golf memang demikian. Tamu tamu kelas eksekutif biasanya bermain golf di waktu paling pagi, agar mereka bisa tetap ke kantor masing masing ketika jam 8:00 pagi. Itu adalah tahun sebelum Jakarta mengenal istilah macet seperti tahun tahun belakangan ini.

Jadi... kebayang kan kalau kita sebagai kuli ga punya waktu sendiri buat sarapan? Aku sendiri seperti semut yang kelaparan di tengah gunung gula. Karena tetamu lebih utama dan harus didahulukan. Belum lagi setiap hal di dapur itu dihitung sebagai bagian dari menghitung cost per menu. Jadilah makin sulit makan di pabrik makanan sendiri.

Tetapi... adalah naluri manusia untuk bisa hidup dan bertahan diantara hambatan dan rintangan. * Ceileee... bahasanya :). Sebagai seorang Steward alias pencuci piring, anak rantau dan sebatang kara nan jomblo di tanah asing serta gaji pas-pasan dst... Sarapan dan hidangan untuk perut sendiri adalah hal yang paling utama. Karena biasanya, sarapan pagi dan puasa hingga sore hari adalah tradisi memperpanjang nafas.

Tetapi... adalah tradisi yang umum di Indonesia, bahwa kita boleh taat aturan kalau atasan ada. Dan boleh pakai fasilitas kalau atasan tidak ada. Hmmm... untuk bertahan hidup dan atasan tidak ada... jam 5 pagi lho... bukankah itu peluang? Ini urusan perut!!! Yang penting tidak mencuri hehe..

Kebetulan ada sisa bahan untuk "menu of the day" hari kemarin. Sisa bahan itu biasanya harus dimusnahkan alias dibuang karena tidak boleh diberikan kepada tamu.

Condiment Soto Medan dengan telur bulat dibelah dua. Nah... ini semua masih ada. Komplit termasuk sebutir telur masih utuh... bulat. Semua tinggal diracik dan beberapa perlu dihangatkan.

Telur itu perlu dihangatkan, dan ada sebuah microwave. Aku yang anak kampung ini sudahsudah mulai terbiasa memakai peralatan dapur yang super canggih. Termasuk microwave tadi... buatan Jerman lho... Jerman emang luar biasa. Ga abis pikir, cemana dalam waktu 5 detik saja, suhu pemanas di dalamnya sudah sampai 80°C, dan itu berarti hanya butuh waktu 30 detik untuk mendapatkan air panas ideal untuk menyeduh kopi Medan atau... hanya 45 detik untuk memasak mie instant tanpa repot. Apalagi cuma sekedar menghangatkan telur bulat yang sudah matang?

Aku ambil sebuah mangkuk, meletakkan telur itu didalamnya dan memasukkannya ke microwave tadi. Membayangkan sebutir telur pelengkap soto dan sedikit hangat dalam genggaman sebelum dibelah dua. Berasa seperti di gambar gambar tabloid ibu ibu gitu kan?

Hanya lima detik, tapi... 1,2,3,4... dan bummmm... dasss... duarrr.... Telur meledak! Asap putih menguap mengelilingi microwave yang canggih itu. Semua yang mendengar tertegun kaget. Dari waiter, cook hingga bartender ngumpul... serentak... Hahaha...

"Gue baru tau kalau loe juga bisa bego..." kata yang lain lagi... mengulangi mas Sarmilih.

Bah...?

Mana kutau kalau telur bisa meledak kalau dipanaskan dalam microwave??? Mana sempat kupingku denger yang begituan di sekolah? *atau memang aku yang ga' mudeng ya haha...

Aku sebagai orang smart tidak punya waktu belajar Fisika, apalagi Kimia? Jadi bisa kelaparan karena tak jadi makan telur yang meledak di oven canggih buatan Jerman. Begitulah nasib yang tak belajar sungguh-sungguh di kampung dan langsung masuk kota. Biasanya juga pakai kayu bakar...

====

Cucian piring menumpuk. Lapar masih terjadi dan butuh 15 menit membersihkan microwave dari jejak ledakan. Agar chef tidak curiga...

Jadi menerawang jauh... mungkinkah TKI dari ujung NTT/NTB sana juga mengalami hal yang sama? Bisakah mereka "gegar budaya" hingga kinerjanya tidak memuaskan majikannya, yang lalu menyiksa dan menganiaya mereka?

Cipanas, 22/08/2010 silam,

Updated Now/11052014

=Sachsâ„¢=

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun