Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Buruh - Pacarnya Hades 🖤

Homo Sapiens yang brojol enam dekade silam, dengan kondisi prematur. Berbobot fisik kurang dari satu kilogram. Tinggal di koordinat bumi 104°8' - 108°41' BT dan 5°50' - 7°50' LS. Setelah menghabiskan ribuan kaleng susu formula, ia tumbuh dewasa seperti kebanyakan pria umumnya yang suka memanjat pohon toge dan bolos sekolah. Selepas usia 20-an, Ia mengklasifikasikan dirinya sebagai manusia hermafrodit secara metaforis— tergantung siapa yang mencintainya. Binatang rasional ini hobi menyesatkan diri bersama pikiran-pikiran liar nan berbahaya. Ia jelajahi ruang makrokosmos hanya demi mencari sebuah tanda tanya, Memiliki itu Apa? Kesibukan sekarang menjadi pecandu senja, penikmat pisang goreng, dan sesekali menyapa Tuhan jika sedang ingin. Ia dapat dikontak lewat surel pecandusenja[at]duniatipu.com. Atas penghayatan demi penghayatan pengunjung diucapkannya terima kasih.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Renungan Sebuah Pantat

23 Desember 2024   15:05 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:14 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puisi Renungan Sebuah Pantat dibuat dengan bantuan teknologi AI DALL-E.

Tuhan, semoga pantatku padat dan berisi,
agar saat aku melangkah di tengah
keramaian, seseorang yang entah siapa
melihat cetakan jejak-jejakku di celana
dan, tanpa sadar, berbisik lirih, "Aduh."

Tuhan, semoga dua tahun ke depan
pantat yang kurus dan kempis ini
mengembang subur:

tanpa implan, tanpa saldo 900 miliar,
tanpa jus alpukat, tanpa gluten, tanpa
diet stalking, tanpa segala macam.

Tuhan, aku benci celana jeans, legging, yoga---
Mereka membungkusku dengan sengaja,
membuat diriku menyembul hanya untuk
sensasi.

Tuhan, saat mereka hangout, ngemil, mabuk,
makan besar tanpa ampun, setelah semua
rasa nikmat tertelan berjam-jam kemudian
aku jadi tempat penampung tai--- datang
bertubi-tubi, usus dua belas jari harus buatku
mencret agar mereka berkata, "Plong!".

Tuhan, ketika mulut mereka muncrat oleh muntah,
aku hanya ingin menjadi bagian kecil dari sistem
tubuh yang lelah, mungkin sesekali memohon: cukup.

Amin.

**

M Sanantara
Bgr, 23122024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun