Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menikah Itu Gak Harus Mahal

24 Juni 2024   10:00 Diperbarui: 24 Juni 2024   17:30 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menikah. Sumber foto: (Shutterstock/Ruska Pixs via KOMPAS.com)

Saya kira cara itu cukup "berisiko". Sebab, setelah menikah, kamu dan pasanganmu bakal dibebani oleh utang-utang yang kalian ambil. Bukan mustahil, cara tersebut bisa menimbulkan pertengkaran antara suami-istri.

Sepertinya tidak elok kalau kamu dan pasanganmu yang notabenenya masih pengantin baru justru kerap berantem gegara masalah utang-piutang yang belum terselesaikan.

Namun, kalau sudah betul-betul kepepet, maka cara itu mau-tidak mau mesti diambil. Besarnya biaya menikah agaknya menjadi alasan kuat yang mendasari keputusan untuk berutang.

Ongkos puluhan hingga ratusan juta rupiah memang harus dikeluarkan. (Bahkan, dalam beberapa kasus, nilainya bisa mencapai miliaran lho.) Sebuah angka yang besar memang.

Namun demikian, kalau biaya tadi di-breakdown, sebetulnya untuk menikah, kita tidak harus keluar uang sebesar itu (apalagi yang hanya dihabiskan dalam sehari atau beberapa hari saja.)

Sekarang sudah muncul sebuah tren menikah yang murah meriah. Pernah dengar cerita orang yang menikah hanya di Kantor Urusan Agama (KUA)? Di sebuah artikel (yang saya lupa judulnya), saya pernah membaca kisah beberapa pasangan suami-istri yang menikah di KUA.

Mereka bercerita enggak gengsi menikah cukup di tempat tersebut dan hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat dengan jamuan yang juga sederhana. Mereka juga enggak malu dan enggak minder menjalaninya karena mereka berpikir untuk jangka panjang.

Mereka sadar bahwa di belakang pernikahan, ada biaya lain yang jauh lebih besar, yang harus disiapkan, seperti ongkos melahirkan, mencicil rumah, melunasi paylater, dan seterusnya.

Jadi, ketimbang habis untuk mengurus pernikahan yang berlangsung sebentar saja, maka modalnya lebih baik dialihkan untuk membina rumah tangga kelak.

Apakah tren tersebut menghilangkan kesakralan, kehikmatan, dan keindahan sebuah pernikahan? Jujur, saya tidak tahu jawabannya. Semua berpulang pada keputusan masing-masing orang. Namun, yang jelas, kamu bisa menekan bajet menikah seminim mungkin. (Saya kira, dengan modal 20-30 juta rupiah, pernikahan tersebut bisa dilakukan.)

Meski begitu, untuk melakukan pernikahan semacam itu, kamu harus meminta persetujuan banyak pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun