Saya termasuk tipe investor yang suka memfokuskan modal saya dengan memilih sedikit saham. Saya terkadang hanya menyimpan 3 saham di portofolio. Pada kesempatan lain, saya cuma memegang 4 atau 5 saham.
Sangat jarang atau bahkan tidak pernah saya membagi modal saya ke 10 saham atau lebih. Bagi saya, yang mengatur duit investasi sendirian, mengelola banyak saham seperti itu terasa memusingkan, sebab saya hampir tidak punya cukup waktu untuk memantau, memeriksa, dan mengikuti cerita bisnis semua saham tersebut satu per satu.
Saya sadar, sesadar-sadarnya, bahwa prinsip diversifikasi yang saya lakukan memang berisiko tinggi. Terlebih, saya juga suka berinvestasi di saham-saham dengan "market cap" mini (sekitar Rp 1-5 triliun) yang pergerakan harganya cenderung bergejolak, kadang bisa naik 5%, kadang bisa turun 8%, per hari. Alhasil, andaikan ada satu saja saham yang nilainya -20% maka modal saya berisiko tergerus cukup banyak.
Bagi kamu yang kurang begitu nyaman dengan fluktuasi harga saham yang ekstreem demikian, maka diversifikasi yang saya terapkan sebaiknya jangan ditiru. Terlebih, bagi kamu yang belum lama terjun ke pasar saham. Percaya deh kamu bisa keluar keringat dingin melihat harga saham kamu naik-turun tajam setiap hari. Jadi, ketimbang batin kamu "tersiksa" oleh kekhawatiran, sebaiknya pilih prinsip diversifikasi yang aman saja, sesuai dengan nyamannya kamu.
Walaupun demikian, seaman-amannya sebuah prinsip diversifikasi, cutloss alias jual rugi sangat sulit dihindari. Entah kamu investor besar atau investor kecil, "cutloss" adalah salah satu bagian yang mesti diterima dari permainan di pasar saham.
Meski begitu, tidak semua orang, terutama yang masih "newbie", siap menghadapi hal tersebut. Termasuk saya pribadi. Saya ingat, dulu rasanya sesak sekali sewaktu saya harus melakukan cutloss. Apalagi kejadiannya berlangsung cukup singkat.
Ceritanya saya iseng melakukan trading harian di sebuah saham. Pada saat itu, ada sebuah saham yang memang sedang "hot" karena harganya naik sangat cepat.Â
Saya pun akhirnya membeli saham tersebut dengan uang yang lumayan besar. Harapannya, kalau harganya naik 2 atau 3%, saya bakal lepas. Lumayan cuannya nanti bisa menambah uang jajan.
Namun, apa yang saya harapkan justru berbelok tajam. Sebab, saham tersebut bukannya terus naik harganya, malah turun drastis. Saya mulai ketar-ketir. Perasaan saya seperti diaduk, terlebih penurunan harganya sangat cepat dan dalam.
Karena takut rugi besar, maka saya pun terpaksa cutloss. "Amsyong!" Harapan ingin memperoleh duit beberapa ratus ribu, ujung-ujungnya malah kena "zonk"! Seharian mood saya pun jadi berantakan!
Kini, kondisi batin saya sudah berbeda. Sekarang batin saya sudah jauh lebih siap menerima kerugian tersebut. Saat melakukan cutloss, misalnya, saya tidak lagi merasa baperan. Sebesar apapun nilai kerugiannya, saya bisa bersikap legawa.