Makanya, jangan heran, sekian tahun, produksi buku-buku filsafat hanya itu-itu saja. Tidak ada yang lain.
Namun, semuanya jadi berubah sejak buku "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring terbit, dan kemudian jadi booming. Sejak saat itu, produksi buku-buku filsafat yang terkesan "mati suri" bisa bangkit lagi.
Ada banyak penerbit yang berminat menerbitkan buku sejenis dari penulis yang berbeda. Maka, jangan heran, sewaktu kita berkunjung ke toko buku, rak buku filsafat yang tadinya sepi mendadak jadi ramai dan banjir buku-buku filsafat!
Hal yang sama juga bisa berlaku di dunia film. Kalau saja ada produser film yang berani membikin film di luar selera pasar, dan hasilnya ternyata sukses, maka boleh jadi, produser lain bakal ikut membuat film dengan tema yang sama.
Pelan-pelan produser film akan melihat tema tersebut sebagai sebuah alternatif, sehingga tema horor bukan lagi satu-satunya acuan dalam membikin film.
Produksi film-film horor yang tadinya sebetulnya sudah monoton bakal berkurang, tergantikan oleh tema lain yang belum banyak digarap. Dengan demikian, industri film Indonesia bakal bertumbuh jadi lebih baik, dan sebagai penonton, kita bakal ditawarkan oleh pilihan film yang berbeda.
Salam.
