Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

"Filosofi Teras" untuk Investor Saham

14 Agustus 2023   10:00 Diperbarui: 14 Agustus 2023   14:49 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman investor terhadap dikotomi kendali sebetulnya bisa menyingkirkan segala kekhawatiran, kemarahan, dan emosi negatif lainnya yang muncul sewaktu berinvestasi.

Saya ingat pernah mempraktikkannya sewaktu saya melakukan cutloss atas saham yang saya beli beberapa bulan yang lalu. Saya kira, tidak ada seorang investor pun yang senang melakukan cutloss, termasuk saya pribadi.

Namun, karena kinerja perusahaan ternyata tidak sesuai harapan, dan harga sahamnya tentu bakal terkena imbasnya, maka cutloss adalah sebuah pilihan yang harus dilakukan.

Dulu, sewaktu saya melakukan cutloss, hati saya biasanya terasa "panas". Saya merasa yakin bahwa pilihan saham saya sudah tepat, dan pasar hanya sedang "lebay" saja, sehingga harga saham saya dibuat hancur dan saya terpaksa melakukan cutloss.

Meski kerugian yang saya alami terbilang "kecil" pada waktu itu, namun kemarahan yang timbul di hati saya ternyata mampu "berkobar" untuk waktu yang cukup lama. Alhasil, hidup saya jadi tidak tenang dibuatnya.

Namun, setelah saya mempelajari, memahami, dan menerapkan konsep dikotomi kendali, reaksi saya berubah total.

Saya sadar bahwa saya sudah melakukan hal-hal yang mesti saya lakukan. Saya sudah membaca laporan keuangan. Saya sudah mempelajari sejumlah data penting. Bahkan, saya juga sudah menyimak berita terkait emiten tersebut. Semua itu masih berada di dalam kendalinya.

Selanjutnya, saya juga sadar bahwa kinerja perusahaan yang saya pikir membaik tapi ternyata justru memburuk adalah hal yang berada di luar kendali saya. Harga saham, yang terus turun hingga membikin saya nyaris loss 20%, juga bukan sesuatu yang bisa saya kendalikan. Maka, begitu mengalami kejadian yang di luar kendali saya, saya jadi lebih bisa menerimanya.

Hati saya adem ayem saja menghadapi hal tersebut. Bahkan, sewaktu saya merugi hampir 2 digit, saya bisa legawa, dan baik-baik saja.

Hal yang sama juga berlaku sewaktu saya memperoleh profit yang lumayan besar. Saat harga saham yang saya beli naik sesuai dengan harapan saya sebelumnya, maka saya tidak larut dalam euforia.

Saya sadar bahwa kenaikan harga saham tersebut di luar kendali saya. Saya jelas tidak tahu sejauh mana harganya akan naik, namun begitu saya menjualnya dan ternyata harganya masih lanjut naik lagi, saya baik-baik saja. Saya tidak menyesal, atau kecewa, atau justru bernafsu untuk beli lagi. Saya merasa cukup. Itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun