Karena sedang butuh duit, kamu memutuskan menyewakan rumahmu kepada seseorang yang kamu anggap sebagai orang baik-baik. Namun, seiring berjalannya waktu, anggapan kamu berbalik, karena kemudian kamu sadar bahwa orang tersebut merupakan anggota sekte aliran sesat!
Premis tersebut merupakan kerangka yang membangun cerita dalam film Home For Rent. Bersama Komik, saya berkesempatan menyaksikan film berdurasi 2 jam-an tersebut di Cinepolis Senayan Park, pada tanggal 8 Juni 2023.
Film ini disutradari oleh Sophon Sakdaphisit, yang sebelumnya dikenal sebagai penulis skenario untuk beberapa film horor Thailand, seperti Shutter, Alone, dan 4bia. Sophon juga merangkap penulis skenario dengan dibantu oleh Tanida Hantaweewatana, yang melejit namanya sebagai penulis naskah film Bad Genius.
Diinspirasi Kisah Nyata
Seperti sudah disebut sebelumnya, film ini mengangkat cerita tentang keluarga Ning (Nittha Jirayungyurn) yang kehidupannya berubah total sejak ia memutuskan menyewakan rumahnya kepada seorang wanita tua bernama Ny Ratree (Penpak Sirikul).
Awalnya semua berjalan biasa-biasa saja, sampai kemudian Ning mendapat serangkaian teror dari makhluk astral, yang mencoba mengusik anaknya, Ing (Thanyapat Mayuraleela).Â
Ning kemudian menyelidiki asal-muasal terjadinya teror tersebut, hingga kemudian penyelidikannya mengerucut pada kesimpulan bahwa Ny Ratree-lah "dalang" dari semua kejadian mengerikan itu.
Sejujurnya alur cerita dari Film Home for Rent cukup mudah ditebak. Sewaktu melihat poster dan menonton trillernya di Youtube, saya sudah bisa mengetahui siapa yang baik dan siapa yang jahat. Meski begitu, saya masih penasaran dengan ide yang menginspirasi pembuatan film ini. Sebab, dari kabar yang beredar, film ini ternyata terinspirasi dari kisah nyata.
Sekte aliran sesat agaknya menjadi fokus utama dalam film ini. Kehadiran sekte tersebut kerap digambarkan dengan sejumlah simbol-simbol mistis, boneka hantu, ritual-ritual aneh, hingga penampakan ribuan burung gagak di langit. Hal ini sepertinya memperlihatkan bahwa tak cuma di belahan lain, sekte aliran sesat juga pernah hadir di Thailand.
Permainan Persepsi
Selain itu, cerita yang disajikan disampaikan dalam 3 sudut pandang, yakni Ning, Suaminya (Sukollawat Karanot), dan Ny Ratree. Ketiga sudut pandang ini saling melengkapi satu sama lainnya, sehingga kita bisa melihat cerita secara utuh.
Contoh, lewat sudut pandang Ning, suaminya mungkin digambarkan berubah sikap sejak mereka pindah ke apartemen karena rumah mereka disewakan kepada Ny Ratree.Â
Suaminya yang awalnya bersikap hangat mendadak menjadi pendiam, kerap keluar rumah pada dini hari, dan menyimpan buku merah misterius di tasnya. Belakangan, Ning tahu kalau suaminya masuk menjadi anggota sekte sesat tersebut!
Terlihat mengerikan? Mungkin. Namun, begitu cerita bergeser sudut pandang ke kehidupan suaminya, maka persepsi kita terhadapnya jadi berubah lagi. Sebab, dari situ terlihat suaminya memutuskan menjadi anggota sekte dan melakukan ritual mistis bukan tanpa alasan. Alasan apa? Bisa Anda saksikan sendiri di bioskop.
Namun, yang jelas, pergantian sudut pandang tadi memberikan sebuah pelajaran untuk jangan menilai seseorang hanya lewat satu sisi saja.
Formula yang Usang
Selesai menonton film ini, jujur, saya tidak merasa takut sama sekali. Beda sekali sewaktu saya menonton film The Medium atau Incantation, yang sukses membikin saya memejamkan mata saking takutnya.
Hal itu terjadi karena saya sudah bisa mengetahui adegan kemunculan hantu sebelum hantunya sendiri muncul! Alhasil, begitu ada tanda-tanda hantunya bakal muncul, pikiran saya sudah siaga, dan seseram apapun rupanya, saya jadi tidak takut.
Hal ini menunjukkan kalau formula horor yang dipakai cenderung sudah usang. Nyaris tak ada teknik baru yang membikin orang-orang menjerit ketakutan di dalam bioskop.
Closing
Suka dengan cerita hantu? Silakan tonton film ini. Senang dengan adegan yang memicu adrenalin? Silakan tonton film ini.Â
Film ini sendiri bakal tayang di bioskop tanggal 21 Juni mendatang. Meski begitu, saya sepertinya tak akan menontonnya untuk kedua kalinya. Sekali saja sudah cukup.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H