Permainan Persepsi
Selain itu, cerita yang disajikan disampaikan dalam 3 sudut pandang, yakni Ning, Suaminya (Sukollawat Karanot), dan Ny Ratree. Ketiga sudut pandang ini saling melengkapi satu sama lainnya, sehingga kita bisa melihat cerita secara utuh.
Contoh, lewat sudut pandang Ning, suaminya mungkin digambarkan berubah sikap sejak mereka pindah ke apartemen karena rumah mereka disewakan kepada Ny Ratree.Â
Suaminya yang awalnya bersikap hangat mendadak menjadi pendiam, kerap keluar rumah pada dini hari, dan menyimpan buku merah misterius di tasnya. Belakangan, Ning tahu kalau suaminya masuk menjadi anggota sekte sesat tersebut!
Terlihat mengerikan? Mungkin. Namun, begitu cerita bergeser sudut pandang ke kehidupan suaminya, maka persepsi kita terhadapnya jadi berubah lagi. Sebab, dari situ terlihat suaminya memutuskan menjadi anggota sekte dan melakukan ritual mistis bukan tanpa alasan. Alasan apa? Bisa Anda saksikan sendiri di bioskop.
Namun, yang jelas, pergantian sudut pandang tadi memberikan sebuah pelajaran untuk jangan menilai seseorang hanya lewat satu sisi saja.
Formula yang Usang
Selesai menonton film ini, jujur, saya tidak merasa takut sama sekali. Beda sekali sewaktu saya menonton film The Medium atau Incantation, yang sukses membikin saya memejamkan mata saking takutnya.
Hal itu terjadi karena saya sudah bisa mengetahui adegan kemunculan hantu sebelum hantunya sendiri muncul! Alhasil, begitu ada tanda-tanda hantunya bakal muncul, pikiran saya sudah siaga, dan seseram apapun rupanya, saya jadi tidak takut.
Hal ini menunjukkan kalau formula horor yang dipakai cenderung sudah usang. Nyaris tak ada teknik baru yang membikin orang-orang menjerit ketakutan di dalam bioskop.
Closing