Lebih lanjut, ia berkata sedang membutuhkan darah dari golongan tersebut untuk keluarganya yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit, dan kebetulan golongan darah saya cocok. Ia meminta saya untuk mendonorkan darah untuk keluarganya tadi dan saya menyanggupi permintaannya.
Setelah donor darah selesai dilakukan, bapak tadi kembali mendekati saya. Dengan wajah tersenyum, ia berkata sambil menghormat, "Makasih ya Mas."
Belum pernah saya mendengar ucapan terima kasih yang menggetarkan hati begitu! Mungkin apa yang saya berikan terlihat kecil, tapi tidak bagi keluarga bapak tadi. Sejak saat itu, saya menyadari bahwa donor darah yang saya lakukan tidaklah sia-sia. Darah yang kita donorkan benar-benar bisa menyelamatkan hidup orang lain. Bukankah hal itu adalah kebaikan yang luar biasa? Â
Jika ditanya apakah saya bekal berhenti donor darah? Setelah 29 kali ikut donor darah, saya kira, saya sudah "telat" untuk berhenti. Yang ada, saya malah jadi tambah semangat untuk donor darah.
Apalagi sewaktu bulan puasa seperti sekarang, yang mana biasanya stok darah di PMI cenderung berkurang, sementara kebutuhan pasokan darah di sejumlah rumah sakit tetap ada, saya kira, inilah waktu yang paling tepat untuk melakukan donor darah.
Yuk, donor darah!
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H