Saya hanya bisa memalingkan wajah, tidak berani menatap langsung adegan ketika petugas tadi meraba area pembuluh darah di tangan saya, dan dengan tekad yang teguh, bersiap menusukkan jarum yang tajam tadi ke situ!
"Tahan napas, Mas" katanya, dan cus! Mengalirlah darah saya ke selang jarum tadi!
Orang bilang rasanya sih seperti digigit semut. Saya kira itu keliru! Jujur, rasanya perih, bro and sis!
Meski begitu, rasa perih tadi bukanlah halangan, sebab bertahun-tahun kemudian, saya malah jadi keranjingan donor darah!
Mungkin ini cuma perasaan saya saja, tapi sejak rutin donor darah, saya merasa mendapat sejumlah manfaat bagi kesehatan saya. Di antaranya ialah tubuh saya jadi lebih "enteng". Setelah donor darah, tubuh saya ibarat motor yang baru saja diservis. Saya bangun tidur dalam kondisi yang jauh lebih bugar daripada sebelumnya, dan hal ini tentu berdampak positif bagi kegiatan yang saya lakukan.
Berikutnya, saya pun jadi jarang sakit. Dulu, sebelum rajin donor darah, tubuh saya rentan terserang penyakit. Sebentar-sebentar masuk angin, sebentar-sebentar batuk pilek.
Namun, begitu rutin donor darah, daya tahan tubuh saya membaik. Penyakit musiman yang dulu kerap saya alami jadi jarang muncul. Alhasil, kesehatan saya sekarang terjaga dengan baik.
Selain itu, dengan berdonor darah, saya juga berkesempatan berbuat baik. Saya ingat, suatu hari, sewaktu saya datang ke kantor PMI, seorang bapak sedang duduk dengan wajah yang gelisah. Begitu saya berjalan ke pintu masuk, bapak tadi langsung menghampiri saya.
"Mas golongan darahnya apa?" tanyanya.
Saya jawab bahwa golongan darah saya O.