Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

CODA, Cerita "Anak Spesial" di Tengah "Keluarga Spesial"

19 Februari 2022   07:00 Diperbarui: 29 Maret 2022   12:51 1715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Troy Kotsur/ Sumber: https://www.nextbestpicture.com

Secara garis besar, CODA berfokus pada konflik yang dialami Ruby dan keluarganya. Pergolakan itu muncul karena bagi Ruby, keluarga ibarat sekeping koin yang mempunyai dua sisi yang bertolak belakang. 

Di satu sisi, keluarga menjadi support system baginya. Di sanalah ia memperoleh makanan dan pendidikan. Di sana pula ia mendapat bantuan tatkala sedang mengalami masalah. Keluarganya selalu hadir untuknya.

Meski begitu, di sisi lain, keluarganya pun mengharapkan kehadiran Ruby bersama mereka. Keluarganya memerlukan bantuannya terutama saat bekerja mencari ikan dan berkomunikasi dengan warga sekitar. 

Tanpa Ruby, hidup mereka bakal sulit, sehingga jangan heran, mereka kemudian berharap Ruby terus membantu mereka dalam menjalankan bisnis; dan itu artinya ia harus membuat pilihan yang berat: mengurus keluarga atau menekuni musik.

Bagi orang yang mengalami peristiwa serupa, film ini mungkin sangat mengena. Harus diakui, film ini memang terasa emosional. Meskipun banyak menampilkan adegan sehari-hari yang sebetulnya tampak biasa saja, namun dengan adanya bumbu-bumbu dramatik di dalamnya, jalinan cerita film ini jadi tampak berbeda.

Semua itu bisa terjadi berkat sentuhan Sutradara Sian Heder. Ia cukup piawai mengaduk emosi. Lewat adegan yang dekat dengan keseharian, ia mampu mengarahkan jalan cerita dan membangun konflik secara bertahap.

Alhasil, kita jadi bisa memahami bagaimana rasanya dipandang berbeda karena punya keluarga tunarungu, diperlakukan tidak adil sebagai difabel oleh lingkungan sekitar, dan dibebani berbagai kesulitan yang mesti ditanggung oleh orang-orang berkebutuhan khusus.

Selain itu, kepiawaian Emila Jones dalam memerankan Ruby juga merupakan “gravitasi” di film ini. Ia bisa menjiwai karakter Ruby dengan baik. 

Hal ini bisa dimaklumi mengingat kehidupannya sendiri dan kehidupan Ruby memang terasa dekat. Emilia yang masih berusia 19 tahun tentu mengenal betul psikologi remaja seperti Ruby, sehingga ia mampu memerankan karakter Ruby secara natural.

Emilia Jones sebagai Ruby Rossi/ Sumber: https://cosmopolitanfm.com
Emilia Jones sebagai Ruby Rossi/ Sumber: https://cosmopolitanfm.com

Apresiasi juga layak disematkan kepada Troy Kotsur. Ia berperan sebagai Frank Rossi, ayah Ruby. Di dalam film, ia memang tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi melalui isyarat tangan yang diperlihatkannya ia mampu berbicara banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun