Sejak berinvestasi di pasar saham beberapa tahun yang lalu, saya menyadari bahwa keterampilan-keterampilan yang biasanya diterapkan dalam mengelola portofolio saham ternyata bisa pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebut saja keterampilan dalam mengenali dan mengelola bisnis yang baik. Keterampilan ini penting dimiliki, terutama kalau seseorang ingin merintis sebuah bisnis. Apabila keterampilan tadi sudah diperoleh, maka kemungkinan besar bisnis yang dijalankan bisa bertahan dan berkembang dengan maksimal.
Keterampilan tersebut bisa dipelajari dengan menganalisis laporan keuangan yang dirilis perusahaan. Laporan ini dapat menyingkap secuil "rahasia" tentang cara manajemen dalam mengelola sebuah bisnis. Kita hanya perlu meniru saja model bisnis dan strateginya dalam mengatur bisnis yang kita jalankan.
Hal itulah yang saya lakukan sewaktu saya mulai merintis bisnis ritel saya. Jauh sebelum bisnis itu dibuka, saya sudah membaca beberapa laporan keuangan dari perusahaan publik, yang mempunyai model bisnis yang sama dengan bisnis yang saya jalankan.
Tujuannya adalah untuk "mencontek" resep mereka dalam menghasilkan profit bagi perusahaan. Dengan mengetahui resep tadi, saya tentu bisa menyusun sejumlah strategi dalam mengembangkan bisnis yang saya rintis.
Padahal, membuat laporan keuangan tidaklah sesulit itu. Tanpa harus mempunyai pendidikan di bidang ekonomi sekalipun, mereka sebetulnya bisa membikin laporan keuangan yang sederhana.
Caranya? Cukup meniru laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan publik. Ada sejumlah perusahaan publik, seperti Unilever dan Sidomuncul, yang format laporan keuangannya terlihat begitu sederhana dan mudah dipahami.Â
Pelaku bisnis bisa belajar menyusun laporan keuangan untuk bisnisnya dengan meniru laporan tersebut.
Saya kira, di antara beberapa jenis laporan keuangan, Laporan Laba-Rugi-lah yang paling penting dibuat, mengingat laporan keuangan ini memuat informasi tentang besaran penjualan dan laba yang bisa dicetak perusahaan. Tak hanya itu, dalam jangka panjang, laporan ini kerap menjadi tolak ukur pertumbuhan sebuah bisnis.
Sebagai contoh, katakanlah Rudi memulai bisnis toko sembako. Pada tahun pertama, omset yang diraih bisnis Rudi mencapai 60 juta rupiah dengan laba 8 juta rupiah.Â
Pada tahun kedua, omsetnya meningkat menjadi 80 juta dengan laba 10 juta rupiah. Pada tahun berikutnya, omsetnya terus bertumbuh sebesar 100 juta dengan laba 12 juta rupiah.
Angka-angka itu baru bisa diketahui kalau Rudi rutin membuat laporan keuangan. Makanya, untuk menilai bertumbuh-tidaknya sebuah bisnis, pelaku bisnis wajib membikin Laporan Laba Rugi secara konsisten.
Laporan lain yang juga patut dicermati ialah Neraca. Neraca adalah laporan yang menampilkan semua aset (kekayaan), liabilitas (utang), dan ekuitas (modal) yang dimiliki oleh sebuah bisnis. Neraca dapat diibaratkan sebagai sebuah "benteng" sebab di dalam Neraca, kita bisa mengetahui daya tahan sebuah bisnis.
Neraca yang kuat memperlihatkan jumlah liabilitas yang lebih rendah dibandingkan ekuitasnya. Sebaliknya, neraca yang lemah jumlah liabilitasnya lebih tinggi daripada ekuitasnya. Apabila sebuah bisnis mempunyai neraca yang lemah seperti ini, maka bisnisnya berpotensi mengalami kebankrutan.
Oleh sebab itu, pelaku bisnis patut mewaspadai tingginya angka liabilitas. Jika ingin bisnisnya bertahan lama, maka pelaku bisnis mesti pandai-pandai menekan liabilitas bisnisnya sebaik mungkin. Jangan sampai, karena liabilitasnya di luar kendali, maka bisnis yang dijalankan terancam bubar.
Laporan lain yang juga tidak kalah penting ialah Laporan Arus Kas. Laporan ini memuat semua informasi tentang uang masuk dan keluar dalam satu periode.Â
Bagi pelaku bisnis, laporan ini bisa menjadi sumber informasi yang menunjukkan kesehatan keuangan dari bisnis yang dijalankan.
Bisnis yang sehat biasanya mampu menghasilkan kas yang berlimpah. Dengan kas yang banyak demikian, sebuah bisnis bisa melunasi liabilitas, melakukan ekspansi, atau membagikan dividen kepada pemilik bisnis.Â
Makanya, untuk memastikan bahwa sebuah bisnis dapat bertahan, pelaku bisnis wajib memantau setiap rupiah yang mengalir masuk dan keluar dari kasnya.
Mungkin penjelasan tersebut hanyalah sedikit pelajaran yang bisa diambil dari pasar saham. Bagi pelaku bisnis, pasar saham boleh diibaratkan sebagai sebuah sekolah, karena di dalamnya tersedia beragam jenis bisnis yang bisa dipelajari strateginya.Â
Alhasil, dengan meniru model bisnis demikian, pelaku bisnis bisa mengetahui cara mengembangkan sebuah bisnis sebaik mungkin.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H