Saya selalu percaya, di balik sebuah musibah terdapat hikmah yang bisa dipetik. Setidaknya itulah yang bisa ditemukan dalam kasus yang membelit PT Tiga Pilar Sejahtera (AISA).Â
Beberapa tahun lalu, mantan "juragan beras" ini tersangkut sebuah kasus, yang merugikan banyak pihak, termasuk investor yang membeli sahamnya.
Kasus tersebut sekarang sedang memasuki tahap persidangan. Mantan Direktur AISA, yakni Stefanus Joko Mogoginta dan Budhi Istanto Suwito, ditetapkan menjadi tersangka setelah keduanya diduga melakukan "fraud" (penipuan) dalam laporan keuangan perseroan.Â
Mereka dituduh menyampaikan informasi palsu di laporan tersebut demi menutupi kelemahan fundamental perusahaan yang sesungguhnya.
Kejadian semacam ini bisa dikategorikan sebagai "human fraud". "Human fraud" seperti yang terjadi di AISA sejatinya bukan kali ini saja terjadi. Pada masa lalu, kasus serupa juga pernah menimpa sejumlah perusahaan.
Sebut saja kasus Enron. Kasus yang terjadi pada awal tahun 2000 ini memang sempat menghebohkan pasar saham di Amerika Serikat.
Pasalnya, manajemen Enron diketahui melakukan manipulasi laporan keuangan dengan begitu lihai selama bertahun-tahun, sehingga terkesan bahwa kondisi perusahaan baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak demikian.
Alhasil, setelah kebobrokan itu terkuak, harga saham Enron langsung ambruk dan ada begitu banyak investornya yang menanggung kerugian yang besar!
Bagi para investor saham, kasus demikian merupakan sebuah "tragedi". Disebut begitu karena penipuan tersebut biasanya dilakukan secara terencana dan terstruktur oleh manajemen, sehingga terkadang investor luput menyadarinya.Â
Hal inilah yang bisa membikin cerita investasi yang dilakukan oleh investor berakhir sedih.
"Tragedi" tersebut sejatinya bisa dihindari kalau sejak awal, investor mampu mengenali tanda-tanda "fraud" yang muncul sebelum memutuskan berinvestasi di sebuah saham.