Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

2021 adalah Tahun "Keemasan" Bitcoin Cs?

1 Maret 2021   07:00 Diperbarui: 2 Maret 2021   08:02 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan Buffett tadi tentu diutarakan bukan tanpa alasan. Pasalnya, kenyataan yang terlihat di "lapangan" memang demikian. 

Harus diakui, Bitcoin cs memang tidak mempunyai fundamental yang jelas dan tidak bisa digunakan sebagai alat pembayaran, seperti sebelumnya, karena sejumlah negara sudah melarang penggunaan Bitcoin dalam transaksi apapun. Alhasil, kalau tidak punya fungsi apapun, maka bukankah Bitcoin dan sebangsanya tidak mempunyai nilai sama sekali?

Meski begitu, ada miliarder lain yang punya pandangan yang berseberangan dengan Buffett. Sebut saja Elon Musk. Bos Tesla dan SpaceX, yang saat tulisan ini dibuat, sedang duduk di puncak daftar orang terkaya di dunia ini malah menganggap bahwa Bitcoin memiliki prospek yang positif.

Elon Musk/ sumber: https://www.cnbc.com
Elon Musk/ sumber: https://www.cnbc.com
Jika Buffett menilai perdagangan Bitcoin cs sebagai sebuah "perjudian", maka Musk memandangnya sebagai "investasi masa depan" yang menarik. Makanya, jangan heran, beberapa waktu yang lalu, Tesla dikabarkan menggelontorkan uang sebesar 21 triliun rupiah untuk memborong Bitcoin!

Pembelian tersebut tak hanya menjadikan Bitcoin sebagai instrumen investasi semata, tetapi juga sebagai akses transaksi bagi penjualan mobil listrik yang diproduksi Tesla. Oleh sebab itu, nantinya, mobil Tesla bisa dibeli dengan menggunakan Bitcoin.

Hal ini tentu saja "mengembalikan" fungsi Bitcoin sebagai mata uang. Namun demikian, keputusan Tesla tersebut belum banyak diikuti oleh perusahaan lain. Sejumlah perusahaan besar sepertinya masih ragu dengan kualitas Bitcoin. Alhasil, walaupun sudah diterima di Tesla, namun belum tentu pembayaran via Bitcoin bisa diakses di perusahaan lain.

Perbedaan pandangan di antara dua miliarder tersebut jelas menimbulkan kebingungan. Ibarat Drama Korea "Startup", perbedaan ini bisa membikin kalangan investor ikut "terbelah" menjadi dua kubu, yakni kubunya Buffett dan kubunya Musk. 

Bagi kubu Buffett, Bitcoin cs bukanlah instrumen investasi yang baik, mengingat tidak ada nilai yang ditawarkan di dalamnya. "In terms of value: zero," tegas Buffett. 

Lagi pula, sampai sekarang, belum ada negara yang melegalkan penggunaan Bitcoin sebagai mata uang, sehingga meskipun sudah terdapat perusahaan yang menerima Bitcoin untuk bertransaksi, namun kalau negara belum memberi "lampu hujau", maka bisa saja, sewaktu-waktu transaksi via Bitcoin dihapus oleh perusahaan tersebut.

Sementara, bagi kubu Musk, keberadaan Bitcoin jelas tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Alasannya sederhana. Kalau memang tidak ada nilainya seperti yang disampaikan oleh kubu Buffett, lantas mengapa Musk sampai berani mengeluarkan uang yang sangat besar untuk membeli Bitcoin? 

Bukankah itu artinya ada suatu "potensi besar" dalam Bitcoin yang dilihat Musk untuk jangka waktu yang panjang, mengingat ia dikenal sebagai pebisnis futuristik karena berupaya menciptakan produk yang mendahului zamannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun