Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Jatah Libur Akhir Tahun Berkurang, Jadwal "Window Dressing" Lebih Terbentang?

7 Desember 2020   07:03 Diperbarui: 7 Desember 2020   09:32 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jadwal Libur (sumber: www.rcfc.be)

"Tradisi" demikian sebetulnya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin bagi para investor untuk memetik keuntungan. Saya pribadi, sejak bulan November kemarin, membeli sebuah saham, yang berpotensi menguat harganya pada momen "Window Dressing".

Meskipun secara fundamental, saham tersebut belum begitu bagus karena bisnisnya terpukul akibat pandemi Covid-19, namun sudah ada tanda-tanda pemulihan yang terjadi, sebab kerugian yang tercatat pada Kuartal 3 lebih kecil daripada Kuartal 2. 

Pemulihan tadi kemudian direspon positif oleh investor lain. Pelan-pelan harganya mulai "merangkak" naik, dan saya melihat potensi penguatan dalam jangka panjang. 

Pasar Saham pada Window Dressing (sumber: bloomberg.com)
Pasar Saham pada Window Dressing (sumber: bloomberg.com)
Alhasil, setelah memeriksa kualitas menajemennya dan ternyata semuanya baik-baik saja, maka saya memutuskan membelinya secara bertahap. 

Saat tulisan ini dibuat, walaupun baru disimpan beberapa minggu saja, namun saham tadi sudah memberi keuntungan di atas 20%.

Mengulik Saham-saham di Sektor Potensial

Selain saham tersebut, sebetulnya masih ada sejumlah saham lain yang berpeluang kecipratan efek "Window Dressing". Sebut saja saham-saham di sektor batubara. 

Sepanjang tahun 2020, saham-saham batubara memang mengalami tekanan yang begitu kuat. Maklum, akibat pandemi Covid-19, permintaan batubara global menurun tajam. 

Penurunan tadi tentu saja menjadi "mimpi buruk" bagi perusahaan batubara. Tak sedikit perusahaan tersebut yang mencatatkan pertumbuhan sales dan profit minus hingga dobel digit. 

Bahkan, saya sempat menemukan sebuah perusahaan batubara yang salesnya nol. Pandemi Covid-19 tampaknya sudah "melumpuhkan" bisnisnya, sehingga perusahaan tadi tidak sanggup memproduksi dan menjual batubara sama sekali!

Meski begitu, bukan berarti seluruh bisnis batubara bakal mati. Masih ada harapan yang tersisa, mengingat baru-baru ini, Tiongkok dikabarkan meneken kesepakatan untuk mengimpor 200 juta ton batubara dari Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun