Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Inilah 3 "Guru" Saya dalam Belajar Investasi Saham

25 November 2020   07:03 Diperbarui: 25 November 2020   11:31 1478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru/ sumber: https://www.bls.gov/

Setiap tanggal 25 November, sekolah yang terletak di dekat rumah saya rutin mengumandangkan lagu Himne Guru. Lagu itu biasanya dinyanyikan oleh para siswa secara bersama-sama untuk memperingati Hari Guru Nasional. 

Meskipun hanya diiringi musik ala kadarnya, namun begitu menyimaknya, hati saya ikut "terhanyut". Tanpa terasa, pikiran saya "terbang" pada beberapa sosok guru, yang dulu sempat mengajar dan menginspirasi saya. 

Oleh sebab itu, melalui tulisan sederhana ini, saya ingin mengenang jasa-jasa guru saya, sekaligus mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.

Saya cukup beruntung bahwa sepanjang hidup, saya sempat berkenalan dan belajar dari beberapa guru, yang bisa membuka wawasan saya tentang berbagai hal, termasuk soal investasi saham. 

Lewat ajaran yang mereka sampaikan baik melalui buku yang mereka tulis maupun seminar yang mereka lakukan, saya jadi mengetahui bermacam hal seputar berinvestasi saham, mulai dari cara memilih saham, membedah laporan keuangan, membuat keputusan transaksi, hingga mengelola portofolio. 

Alhasil, berkat ilmu yang mereka berikan, saya bisa memperoleh banyak berkat dari investasi saham yang saya lakukan.

Di antara sekian banyak guru yang saya serap ilmunya, terdapat tiga guru yang cukup berpengaruh dalam membentuk gaya investasi saya. Ketiga guru ini tak hanya mengajarkan cara untuk "meracik" portofolio, tetapi juga menanamkan pandangan tentang investasi yang tepat ke dalam pikiran saya. 

Oleh sebab itu, sudut pandang saya terhadap investasi saham menjadi lebih luas, dan hal ini begitu membantu saya dalam mengatasi pergolakan pasar saham yang sangat dinamis. 

Jadi, siapa sajakah ketiga guru yang saya maksud tersebut?

1. Peter Lynch

Saya belum pernah bertemu secara langsung dengan Peter Lynch. Saya juga belum pernah menghadiri seminar-seminarnya. Saya hanya pernah membaca bukunya yang begitu powerfull, yakni "One Up On Wall Street". 

Peter Lynch/ sumber: https://www.fidelity.com/
Peter Lynch/ sumber: https://www.fidelity.com/
Saya merekomendasikan buku ini bagi anda yang ingin belajar berinvestasi saham. Alasannya? Karena setelah menyerap dan mempraktikkan ilmu yang terdapat di buku tersebut, kita tak hanya akan lebih memahami strategi investasi yang jitu, tetapi mampu menumbuhkan portofolio hingga dobel digit!

Pencapaian itu tentu bisa terwujud bukan tanpa alasan, mengingat Peter Lynch memang dikenal sebagai manajer investasi legendaris yang sanggup memberikan keuntungan sebesar 29% secara konsisten dalam 13 tahun kariernya di Fidelity Investment. Makanya, jangan heran, siapapun yang mempraktikkan ilmunya bisa menyamai, atau bahkan melampaui hasil yang pernah diperolehnya.

Uniknya, strategi Lynch dalam berinvestasi saham sangat sederhana. Dalam bukunya ia menjelaskan istilah-istilah investasi yang terkesan "jelimet" dengan bercerita. Dengan demikian, pembacanya yang masih awam sekalipun bisa ikut memahami apa yang disampaikannya.

Selain itu, Lynch juga jujur dalam menceritakan pengalamannya. Ia menuturkan perjalanan investasinya secara berimbang. Alhasil, pembaca tak hanya akan melulu menyimak cerita indah tentang sederet keuntungan yang sukses diraihnya, tetapi juga kerugian besar yang pernah dialaminya. Semua itu tentu bisa dijadikan bahan pelajaran bersama.

Dari buku yang ditulis oleh Peter Lynch, saya belajar berbagai hal, mulai dari menemukan saham yang sanggup memberikan cuan besar hingga mengatur portofolio seefektif mungkin. 

Tak hanya itu, buku ini juga kerap menjadi "obat" yang mampu menawarkan stres manakala saham-saham yang saya beli nilainya minus cukup besar. Dengan berulang kali membacanya, saya jadi mengetahui langkah-langkah yang harus diambil ketika situasi yang buruk sedang terjadi. Alhasil, saya pun bisa terhindar dari kesalahan fatal dalam mengambil keputusan berkat ilmu yang termaktub di dalamnya.

2. Warren Buffett

Selama bertahun-tahun, Warren Buffett sudah menjadi panutan banyak investor saham di berbagai belahan dunia. Kariernya sebagai investor saham terbilang sangat panjang, karena ia sudah mulai berinvestasi saham sejak usia belasan tahun. 

Warren Buffett/ sumber: https://www.businessinsider.com/
Warren Buffett/ sumber: https://www.businessinsider.com/
Pada umur 19 tahun, Buffett membaca buku Benjamin Graham yang berjudul "Inteligent Investor". Ia begitu tergugah dengan isi buku tersebut, sampai-sampai ia nekat berkuliah di Universitas Kolombia tempat Graham mengajar untuk menyerap semua ilmu yang dimiliki gurunya tersebut.

Setelah menguasai ilmu dari Graham tentang value investing, Buffett mendirikan Buffett Partnership, semacam kemitraan investasi yang secara khusus mengembangkan dana di pasar saham. Modal awal Buffett Partnership berasal dari kenalan Buffett. 

Di kemitraan tersebut, Buffett bertugas menjadi manajer, dan ia mendapat fee dari setiap keuntungan yang dihasilkan. Setelah bertahun-tahun beroperasi, kemitraan tersebut sukses menghasilkan keuntungan di atas dobel digit per tahun untuk para pemegang sahamnya. 

Meski begitu, Buffett kemudian membubarkan kemitraan tadi, dan kemudian membenamkan semua uangnya di Berkshire Hathaway. Lewat tangan dingin Buffett, Berkshire menjelma menjadi konglomerasi yang memayungi banyak perusahaan besar, seperti Coca-Cola, Bank of America, dan Apple.

Walaupun sudah kaya raya dari berinvestasi saham, namun Buffett tetap menjadi pribadi yang rendah hati dan sederhana. Sikap itu tercermin jelas dalam strategi investasi yang dilakukannya.

Jika kita membaca buku-buku yang memuat strategi investasinya, maka kita akan menemukan kesan bahwa semua analisis saham yang dilaksanakan Buffett ternyata begitu mudah dilakukan. Sedemikian mudahnya sampai-sampai orang biasa pun bisa mempelajari dan mempraktikkannya!

Dari Buffett, saya belajar tentang mindset seorang investor. Bahwa investor sejati akan lebih fokus memperhatikan kondisi fundamental perusahaan ketimbang pergerakan harga sahamnya yang terkesan begitu acak. 

Alasannya? Harga saham selalu akan mengikuti fundamental perusahaannya. Alhasil, meskipun dalam jangka pendek, harga sahamnya cenderung fluktuatif, namun dalam jangka panjang, fundamental-lah yang akan menjadi penentu arah harganya.

3. Lo Kheng Hong

Berbeda dengan Lynch dan Buffett, Lo Kheng Hong belum pernah menerbitkan buku. Biarpun begitu, kisahnya sebagai investor saham begitu terkenal. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat LKH---demikian Lo Kheng Hong biasa disapa---merintis kariernya dari bawah. 

Lo Kheng Hong/ sumber: https://bisnismuda.id/
Lo Kheng Hong/ sumber: https://bisnismuda.id/
Sebelum memutuskan menjadi full time investor, LKH pernah menjadi karyawan bank selama 17 tahun. Sepuluh tahun dijalaninya sebagai pegawai tata usaha, selebihnya sebagai kepala cabang.

Awal-awal berinvestasi saham, LKH tidak langsung sukses. Ia sempat menanggung kerugian. Dua saham IPO yang baru dibelinya langsung anjlok harganya. Hal itu tentu saja menggerus modalnya, yang pada waktu itu terbilang masih puluhan juta. Walaupun harus menelan pil pahit, ia tidak kapok. Ia mengubah strategi investasinya, dan hasilnya ternyata luar biasa!

LKH mengakui bahwa dirinya merupakan pengagum berat Buffett. Di rumahnya ia mempunyai sekitar 40 judul buku, yang secara khusus memuat kehidupan dan strategi investasi yang dijalankan Buffett. Ia sering membaca ulang semua buku tersebut sampai ia khatam isinya. 

Semua itu dilakukan bukan tanpa alasan. Sejak mempelajari dan melaksanakan jurus investasinya Buffett, ia mampu meraup untung gila-gilaan dari pasar saham. Saham-saham yang dibelinya dengan menggunakan pendekatan value investing ala Buffett sukses mengubah statusnya dari miliarder menjadi triliuner!

Dari LKH yang seminarnya sudah saya hadiri langsung atau saya simak dari youtube, saya belajar tentang pentingnya tata kelola yang baik. Bagi LKH, tata kelola adalah hal krusial yang harus diperiksa dengan cermat sebelum investor membeli saham. 

LKH berpendapat bahwa perusahaan yang dikelola dengan buruk hanya akan merugikan investor dalam jangka panjang, sebab modal yang disetorkan investor bisa habis dimakan oleh manajemen yang tidak berintegritas dan berkapasitas. Alhasil, apabila ingin investasi yang dilakukan berlangsung aman dan selamat, sebaiknya kita memilih saham dari perusahaan yang dikelola dengan baik.

***

Perayaan Hari Guru Nasional pada tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada upacara yang dilakukan. Tidak ada lagu Himne Guru yang dinyanyikan. Tidak ada karangan bunga yang dipersembahkan. Pandemi covid-19 telah meniadakan seremoni tersebut. 

Meski begitu, perayaan Hari Guru tetaplah patut dikenang dan dihayati sedalam-dalamnya. Sebab, tanpa adanya guru, ketidaktahuan akan tumbuh subur. Tanpa adanya guru, masyarakat akan tertinggal dan terbelakang dalam peradaban. Tanpa adanya guru, tidak akan ada manusia yang berperikemanusiaan. 

Selamat Hari Guru 2020!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun