Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Sampai Kapan Harus Bersabar Menyimpan Saham?

4 November 2020   07:03 Diperbarui: 4 November 2020   11:00 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keuntungan investasi/ sumber: knightslowe.co.uk

Sewaktu harga saham yang saya beli naik 20-30%, saya merasa bahwa tugas saya sebagai investor sudah "selesai". Alasannya sederhana. Dengan kenaikan sebesar itu, hampir mustahil harganya berbalik turun dalam waktu dekat. 

Alhasil, tanpa harus diawasi sekalipun, portofolio yang saya kelola tetap aman, sebab saham-saham yang sudah "terbang" harganya biasanya mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik. 

Meski begitu, bukan berarti tidak muncul "godaan" untuk menjual saham yang dimiliki. Saat harga saham yang sudah untung malah turun karena aksi "profit taking" yang dilakukan investor lain, maka mungkin timbul keinginan untuk merealisasi keuntungan sesegera mungkin, sebelum terjadi penurunan lanjutan, yang berpotensi mengurangi keuntungan yang bisa diperoleh.

Bersabar dalam Kondisi Untung
Situasi semacam itulah yang sempat saya alami beberapa waktu yang lalu. Pada saat itu, saham emiten rokok yang saya beli sekitar dua bulan lalu melesat harganya setelah perusahaan merilis Laporan Keuangan Kuartal 3. 

Karena laporan tadi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu membukukan laba yang jauh lebih besar daripada periode yang sama, maka jangan heran kalau harganya naik begitu cepat. Alhasil, hanya dalam waktu 1-2 hari saja, investasi saya berpotensi menghasilkan cuan hingga 40%!

Keuntungan investasi/ sumber: knightslowe.co.uk
Keuntungan investasi/ sumber: knightslowe.co.uk
Tentu saja saya merasa senang, mengingat saya sudah menunggu kejadian ini cukup lama. Untuk mengalaminya saya mesti menunggu sekitar 2 bulan. Saya ingat, penantian tadi berlangsung bukan tanpa masalah, sebab ada waktunya, harga saham yang saya pilih tadi bukannya naik, tapi malah turun. 

Hal itu terjadi beberapa minggu sebelumnya, ketika IHSG rontok di bawah level 5000-an akibat diberlakukannya pengetatan PSBB di DKI Jakarta dan diumumkannya berita tentang resesi di Indonesia. Saat semua itu terjadi, maka harga saham tersebut sempat anjlok hingga 15%.

Meski berpotensi menanggung kerugian, namun saya tetap berusaha bersikap tenang. Saya mengecek fundamental perusahaan. Ternyata tidak ada perubahan apapun, yang bisa menyebabkan kinerja perusahaan terganggu. Saya menganggap bahwa penurunan ini hanya bersifat sementara. Saya memilih menahan saham saya, dan bahkan membeli beberapa lot lagi di harga bawah.

Setelah itu, saya hanya bisa bersabar untuk waktu yang lama, dan untungnya kesabaran saya berbalas manis. Walau begitu, niat untuk menikmati keuntungan sempat muncul di pikiran saya. Niat itu jadi semakin kuat, terutama setelah saya melihat-lihat harga handphone di sebuah e-commerce! 

Terpikir oleh saya, dengan keuntungan dari saham tadi, sebetulnya saya bisa membeli handphone baru. Apa sebaiknya saya jual saja saham tersebut untuk "ditukar" dengan handphone baru? 

Saya sempat lama menimbang-nimbang niatan tersebut. Namun, pada akhirnya, saya memilih bersabar. Saya memutuskan menahan saham tadi, karena yakin masih ada cerita yang jauh lebih indah apabila saya terus menyimpannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun