Tanpa berpedoman pada analisis ini, kita akan cenderung gegabah mengambil keputusan, sebab semua keputusan yang dilakukan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi pasar semata.
***
Seperti "pameo" yang sudah begitu sering digaungkan bertahun-tahun yang lalu, pasar saham umumnya hanya mengenal dua macam perasaan, yakni ketamakan dan ketakutan. Ketamakan umumnya muncul dalam pasar yang sedang bullish, sementara ketakutan hanya akan menebar teror tatkala pasar sedang bearish.
Dalam situasi demikian, orang-orang yang membeli saham tanpa melakukan analisis secara cermat biasanya akan mengobral saham yang dimilikinya untuk meminimalkan kerugian.Â
Mereka khawatir harganya akan turun semakin dalam, biarpun belum tentu hal itu bakal terjadi. Alhasil, keputusan yang diambil dalam kondisi panik tadi umumnya hanya akan merugikan diri sendiri.
Supaya terhindar dari kerugian demikian, kita seyogyanya mesti mampu mengendalikan rasa takut. Hal ini memang agak susah dilakukan, mengingat perubahan situasi yang ekstrem di pasar saham bisa menciptakan kepanikan yang menyebar dengan begitu cepat.
Meski begitu, bukan berarti hal itu mustahil dilakukan. Asalkan sudah mempunyai jam terbang yang tinggi, sefluktuatif apapun kondisi pasar saham, maka investor yang bersangkutan bisa bersikap tenang dalam mengambil keputusan, sehingga kerugian yang dialami bisa saja dibalikkan menjadi keuntungan.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H