Jika dianalogikan dengan ranah sepakbola, maka saham-saham tadi ibarat pemain yang begitu jelek penampilannya di lapangan hijau. Kehadirannya tentu "membebani" kinerja portofolio.
Saya kemudian terpikir menjual saham tadi, tetapi hal itu sempat tertunda, karena saya belum menemukan "saham supersub" yang layak dibeli. Alhasil, saya pun menanti kesempatan investasi yang bagus, yang bakal muncul berikutnya.
Kesempatan itu akhirnya muncul pada awal Bulan Mei silam. Pada saat itu, saya menemukan sebuah saham yang cukup menarik karena laba bersihnya melonjak hingga 800% jika dibandingkan periode sebelumnya.
Setelah melakukan sedikit analisis dan melihat ternyata fundamentalnya cukup bagus, maka saya merasa yakin bahwa saham inilah yang layak menggantikan saham saya yang merugi. Inilah "saham supersub" yang saya cari. Alhasil, tanpa ragu, saya kemudian "menukar" saham lama saya yang masih loss dengan saham yang baru.
Strategi ini sebetulnya tidak bebas risiko. Sebab, bisa saja, "saham supersub" yang saya beli tidak naik harganya seperti yang diharapkan. Jika hal itu sampai terjadi, maka bukankah kondisinya akan sama saja atau bahkan lebih buruk?
Meski begitu, saya tetap pada putusan saya, dan untungnya, kecemasan tadi tidak terwujud, sebab "saham supersub" yang saya punya ternyata mampu menghasilkan keuntungan hingga 30% lebih.Â
Beberapa minggu yang lalu, saham itu pun sudah habis dijual, untuk kemudian ditukar lagi dengan saham lain yang menurut saya menarik dibeli.
***
Berdasarkan pengalaman tadi, saya jadi tahu karakteristik "saham supersub". Setelah melakukan analisis, setidaknya saya menemukan 4 ciri "saham supersub".
1. Merupakan emiten terbesar di sektornya
Saham "supersub" yang saya beli merupakan pemimpin pasar di sektornya. Hal ini bisa dilihat dari ukuran kapitalisasi pasar dan penjualannya. Nilainya mengungguli saham-saham lain yang sejenis.