Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berinvestasi di SBR Lebih "Cuan" daripada Deposito Bank?

27 Mei 2020   09:01 Diperbarui: 27 Mei 2020   08:57 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pembelian sbr bisa dilakukan secara online/ sumber: https://www.businesstoday.in

Berinvestasi di Surat Berharga Ritel (SBR) yang diterbitkan pemerintah menawarkan pengalaman yang berbeda jika dibandingkan dengan berinvestasi di instrumen lainnya. Setidaknya itulah yang saya alami sewaktu membeli beberapa unit SBR Seri 003 pada tahun 2018 lalu.

Berbeda dengan seri-seri sebelumnya, pada waktu itu, pemerintah membuat sebuah "terobosan" dengan melakukan penjualan SBR secara online. Sejumlah bank dan perusahaan finansial teknologi (fintek) pun ditunjuk sebagai agen penjualan SBR. Hasilnya ternyata cukup memuaskan, sebab SBR tadi laris terjual hingga tembus 1,928 triliun rupiah!

Berdasarkan informasi dari sejumlah media, SBR tadi mayoritas "diborong" oleh generasi milenial. Maklum, dalam urusan transaksi secara online, generasi milenial memang lebih "lincah". Maka, jangan heran, begitu tersiar berita tentang penjualan SBR yang dilakukan secara online, maka, ada begitu banyak anak-anak muda yang tertarik membelinya.

Mungkin ada beberapa alasan yang membikin generasi milenial berminat berinvestasi di SBR. Di antaranya ialah terbawa tren investasi yang sedang booming di masyarakat.

Harus diakui, pada masa kini, berinvestasi adalah sesuatu yang mudah dilakukan. Jika dulu investasi terkesan "mahal" karena biasanya hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tajir, namun, sekarang hampir setiap orang bisa melakukannya. Alhasil, kini investasi sudah menjadi tren gaya hidup yang banyak diikuti masyarakat.

Alasan lainnya, mungkin karena semangat patriotime. Penerbitan SBR memang dimaksudkan untuk menambal defisit anggaran untuk pendidikan dan infrastruktur. Oleh sebab itu, kalau seseorang membeli SBR tadi, maka, ia berkontribusi memajukan bidang pendidikan dan memperluas pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Apapun alasannya, berinvestasi di SBR memberi saya beberapa pelajaran yang cukup penting, sehingga bisa mengetahui plus-minus dari instrumen investasi yang satu ini. Berikut ialah 4 hal yang perlu diketahui tentang berinvestasi di SBR.

1. Cocok untuk Investor Konservatif

Bagi investor yang senang "bermain aman", maka, SBR adalah pilihan yang tepat. Sebab, semua dana yang diinvestasikan dijamin sepenuhnya oleh negara. Buktinya, sampai tanggal jatuh tempo, nominal bunga dan pokok yang wajib dibayarkan selalu disetor tepat waktu. Hal inilah yang menjadi wujud komitmen pemerintah kepada setiap investornya.

investasi sbr cocok untuk investor bertipe konservatif/ sumber: https://personalfn.com
investasi sbr cocok untuk investor bertipe konservatif/ sumber: https://personalfn.com
Sesuai dengan tingkat risikonya yang begitu minim, maka, jangan heran kalau bunga yang diterima investor setiap bulan terbilang kecil. Saat saya berinvestasi di SBR 003, bunga yang dipatok ialah 6,8%.

Nilai tadi tidaklah flat, sewaktu-waktu bisa bertambah sesuai dengan kebijakan pemerintah. Alhasil, setelah beberapa bulan berinvestasi di SBR, bunganya sempat naik hingga 8,55%, dan hal ini memperbesar nominal yang didapat investor.

Makanya, kalau dibandingkan instrumen berisiko rendah lainnya, katakanlah tabungan atau deposito bank, maka, imbal hasil yang diberikan SBR jauh lebih tinggi dan atraktif. Hal inilah yang membuat SBR begitu menarik dilirik bagi investor dengan profil risiko konservatif, yang memang menginginkan imbal hasil yang lumayan besar, tetapi dengan tingkat risiko yang kecil.

2. Lebih Terjangkau dan Fleksibel

Kalau surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh sebuah lembaga dihargai begitu mahal per unit-nya, maka, SBR ditawarkan dengan harga yang terjangkau, yakni 1 juta rupiah per unit.

Hal itu sengaja dilakukan supaya masyarakat yang mempunyai modal terbatas bisa ikut membeli dan memiliki SBR tadi. Alhasil, setelah dirilis, SBR ini pun begitu diminati banyak orang dari berbagai latar belakang.

Selain itu, jangka waktu investasi-nya pun disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Walaupun tenor-nya berlaku untuk dua tahun, namun, pada tahun pertama, masyarakat sudah bisa mencairkan sebagian SBR yang disimpannya.

Hal ini membikin likuiditas SBR cukup baik, karena masyarakat tidak perlu menunggu jatuh tempo supaya bisa menarik SBR-nya. Oleh sebab itu, bagi investor yang mempunyai horison investasi jangka menengah, berinvestasi di SBR tentu layak dipertimbangkan.  

3. Banyaknya Agen Penjualan

Untuk memasarkan SBR, pemerintah menggandeng sejumlah bank dan perusahaan fintek. Bagi yang membeli SBR lewat bank, mungkin ada beberapa prosedur yang mesti dijalankan secara offline, sehingga investor mesti datang langsung ke bank ditunjuk sebagai agen penjualan untuk melengkapi administrasi.

Namun, kalau ingin yang lebih praktis, maka, investor yang bersangkutan bisa bertransaksi via perusahaan fintek. Saat dulu membeli SBR 003, saya menggunakan jasa salah satu perusahaan fintek. Selain sudah menjadi nasabah di situ, saya menilai bahwa prosedur pemesanannya terbilang sederhana.

pembelian sbr bisa dilakukan secara online/ sumber: https://www.businesstoday.in
pembelian sbr bisa dilakukan secara online/ sumber: https://www.businesstoday.in
Saya hanya perlu mengisi jumlah unit yang ingin dibeli, mengirim bukti konfirmasi pembayaran, lalu menunggu beberapa lama sampai muncul notifikasi yang menunjukkan bahwa proses pembelian sudah selesai dilakukan.

Meski prosesnya lebih hemat ongkos dan waktu, namun, ada hal yang perlu diperhatikan dalam bertransaksi secara online, terutama kalau nominal pembeliannya terbilang besar, katakanlah di atas seratus juta.

Jika nilai transaksinya sebesar itu, maka, sebaiknya investor mengurusnya secara offline, seperti datang langsung ke bank untuk melakukan transfer. Hal ini dilakukan supaya tidak ada cacat administrasi yang terjadi dalam proses pembelian.

4. Pajak 10%

Seperti halnya berinvestasi di deposito, bunga yang didapat investor dari SBR juga dikenakan pajak sebesar 10%. Hal ini tentu tidak bisa "diotak-atik" karena sudah ada payung hukum yang menaunginya. Oleh sebab itu, semakin besar bunga yang diperoleh, maka, semakin besar potongan yang diterima.

Selain itu, tidak ada konsep "bunga-berbunga" dalam investasi di SBR. Sebab, bunga yang diperoleh biasanya akan langsung ditransfer setiap bulan. Selebihnya "nasib" bunga itu berada di tangan investor masing-masing.

Bagi investor yang konsumtif, maka, bunga tadi bisa dipakai untuk membeli sesuatu. Namun, bagi yang ingin membiakkan dana lebih banyak, bunga tersebut bisa diinvestasikan di instrumen lain, seperti reksadana, emas, atau saham, sehingga nilainya bakal bertambah.

***  

Pada tahun 2020, setidaknya ada 2 seri SBR yang bakal dirilis, yakni Seri 009 dan 010. Seri 009 sudah dirilis pada bulan Januari kemarin, dengan tenor 2 tahun dan bunga 6,3% per tahun.

Sementara, seri 010 belum jelas waktu rilisnya, mengingat sekarang semuanya sedang disibukkan oleh pandemi Corona. Makanya, boleh jadi, seri ini baru akan diterbitkan setelah pandemi corona berlalu.

Seperti halnya instrumen lain, berinvestasi di SBR tentu ada plus-minus-nya. Berdasarkan pengalaman, saya menilai bahwa berinvestasi di instrumen ini lebih banyak untungnya daripada ruginya. Asalkan bersedia bersabar, hasil yang didapat bakal jauh lebih bagus.

Betapa tidak, tanpa perlu repot-repot bekerja, setiap bulan, kita bisa memperoleh uang dari bunga SBR. Meskipun bagi investor ritel, nominalnya mungkin tidak sebesar investor korporasi, tetapi, tetap saja ada hasil yang dapat dinikmati dengan mudah, sederhana, dan tentunya "gratis".

Salam.

Referensi:

https://www.kompasiana.com/adica.wirawan/5afa3e0dbde5753e347146c2/sbr003-investasi-obligasi-yang-ideal-untuk-para-milenial

https://investasi.kontan.co.id/news/penjualan-sbr003-melebihi-target

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun