Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Man City, Cukup "Fair" di Lapangan, tapi Tidak di Keuangan

21 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 21 Februari 2020   09:07 2230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara, kalau klub hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan tiket, hak siar, dan merchandise, semua itu tidaklah cukup. Untuk memuluskan ikhtiar dalam mendatangkan pemain yang bagus, klub mesti memperoleh sumber dana lain. Salah satunya bisa berasal dari tambahan modal yang disetor oleh pemilik.

Hanya saja, pemilik klub tidak bisa jor-joran mengeluarkan modal karena ada aturan yang membatasi hal tersebut. Makanya, supaya terhindar dari sanksi, si pemilik kemudian menyetorkan modal dengan cara memberikan sponsor kepada klubnya sendiri. Dengan cara ini, pemilik bebas menyalurkan modal berapapun, yang nantinya bisa dipakai klub untuk membeli pemain.

Skema itulah yang dipakai City, dan sayangnya, biarpun sudah dibalut transaksi bisnis, tetap saja kecurangan tersebut akhirnya "terendus". Setelah melakukan penyidikan selama setahun penuh dan berhasil menemukan bukti-bukti yang kuat, akhirnya UEFA menjatuhkan larangan tampil bagi City di semua ajang kejuaraan Eropa selama dua tahun dan memberi denda sebesar 30 juta Euro.

Neraca yang Sehat

Peraturan Financial Fair Play yang diterapkan oleh UEFA sejak tahun 2011 sebetulnya bertujuan menumbuhkan semangat berkompetisi yang sehat di antara klub-klub sepakbola. Peraturan ini diharapkan mampu menjaga keseimbangan sehingga semua klub mempunyai kesempatan yang sama.

Hal ini bisa dimaklumi karena sebelum peraturan ini diberlakukan, kekuatan sebuah klub biasanya sangat bergantung pada seberapa banyak harta yang dimiliki oleh pemiliknya.

Klub-klub yang dimiliki oleh orang kaya bisa bebas membelanjakan banyak uang untuk membeli pemain bintang karena si pemilik royal "mengguyur" klub tersebut dengan banyak modal. Sebaliknya, klub-klub kecil sulit mendatangkan pemain bagus yang bisa mendongkrak performa tim karena modal yang dimilikinya sangat terbatas.

Kalau hal ini tetap dibiarkan, klub kaya akan terus mendominasi liga-liga Eropa, sehingga yang difavoritkan juara ya klub itu-itu saja. Sementara, klub-klub kecil akan terus tersisih karena kalah dalam banyak hal, baik dari segi kualitas pemain maupun keuangan.

Hal ini tentu akan berdampak buruk bagi industri sepakbola karena tak ada variasi yang menarik perhatian. Masyarakat akan cepat bosan karena kompetisi berjalan sangat monoton. Untuk mengatasi hal itu, kemudian diberlakukanlah peraturan Financial Fair Play.

Penerapan peraturan ini pun diukur berdasarkan kondisi neraca klub. Berdasarkan laporan keuangan, di dalam neraca, terdapat tiga komponen, yakni aset, liabilitas, dan ekuitas.

Aset adalah semua kekayaan yang dimiliki sebuah klub, seperti tanah, bangunan stadion, kas, piutang, dan merek. Liabilitas adalah semua kewajiban yang mesti dibayarkan klub, seperti utang bank dan obligasi. Sementara, ekuitas adalah semua modal yang dimiliki oleh si pemilik klub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun