Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menelisik "Dosa" Kantor Akuntan Publik

17 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 21 Januari 2020   07:56 4684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kantor akuntan publik ikut terseret kasus jiwasraya (sumber: https://ekbis.sindonews.com/)

Kasus gagal bayar yang dialami Jiwasraya ternyata "menyeret" sejumlah pihak ke ranah hukum. Satu di antaranya ialah beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP), yang bertugas memeriksa kebenaran laporan keuangan yang dirilis oleh manajemen Jiwasraya sepanjang tahun 2006-2017.

Dalam periode tersebut, Jiwasraya diketahui telah beberapa kali mengganti jasa akuntan publik. Dari tahun 2006-2012, Jiwasraya memakai layanan dari KAP Soejatna, Mulyana, dan Rekan; kemudian dari tahun 2010-2013, menggunakan jasa KAP Hartanto, Sidik, dan Rekan; hingga yang terakhir dari tahun 2016-2017, KAP PricewaterhouseCoopers (PwC).

Khusus KAP yang terakhir disebut, yakni PwC, sebetulnya bukanlah kantor akuntan publik sembarangan, sebab KAP ini tergolong sebagai "big four" dalam pasar keuangan. 

Bersama KAP lain, yakni Deloitte, KPMG, dan Ernest & Young, PwC mempunyai reputasi yang baik dalam menelusuri, mencermati, dan memutuskan keabsahan laporan keuangan dari sebuah perusahaan.

Makanya, kalau terdapat logo KAP tersebut di sebuah laporan keuangan, biasanya kekhawatiran investor akan berkurang, sebab data yang dimuat di laporan tersebut telah diperiksa dengan saksama dan dipercaya kebenarannya.

Namun, reputasi tersebut "tercoreng" akibat kasus yang membelit Jiwasraya. Setelah tahu bahwa PwC menjadi salah satu auditornya, orang-orang, khususnya investor, jadi mempertanyakan kredibilitas KAP tersebut.

Kalau manipulasi data sebesar itu saja masih luput dari pemeriksaan, bagaimana dengan laporan keuangan dari perusahaan lain, yang sedang ditangani KAP tersebut? Jangan-jangan hal yang sama juga bisa terjadi pada proses audit lainnya.

Kasus KAP

Sebetulnya, PwC bukan satu-satunya KAP yang mendapat sorotan. Sepanjang 2019, KAP lain pun sempat tersangkut masalah. Sebut saja kasus yang sempat dialami KAP Satrio, Bing, Eny, dan Rekan pada tahun 2018 silam.

Pada waktu itu, mitra Deloitte tersebut mendapat sanksi administratif dari Otoritas Jasa Keuangan karena lalai mendeteksi manipulasi keuangan yang dibuat oleh manajemen SNP Finance.

Dalam hasil auditannya, KAP tersebut memberi opini "wajar tanpa pengecualian", padahal setelah diperiksa kembali oleh OJK, di laporan keuangan tersebut terdapat indikasi gagal bayar yang dapat merugikan banyak pihak.

Kasus lain yang juga sempat bikin heboh ialah kasus yang menjerat PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Tak hanya soal "perang" antara komisaris dan direkturnya, kasus ini merembet ke hal lain, yakni keabsahan data yang ditampilkan dalam laporan keuangan tahun buku 2017. Setelah diperiksa ulang, Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) ternyata menemukan kejanggalan di dalamnya.

Hal ini jelas "berseberangan" dengan opini yang disampaikan KAP Amir Abadi, Jusuf, Aryanto & Rekan. Dalam laporannya, meskipun ada keterangan bahwa ada potensi gagal bayar yang bisa dialami perusahaan pada masa depan, KAP yang terafiliasi dengan RSM Internasional itu tetap memberi catatan wajar.  

Hal-hal semacam itu tentu memang bisa membikin investor bingung. Kalau memang ada pos yang aneh, mengapa KAP yang bersangkutan tidak memberi pernyataan yang tegas, seperti opini "wajar dengan pengecualian", atau bahkan "tidak wajar"? Kalau hal itu disampaikan, tentu investor yang memiliki saham tersebut bisa melakukan upaya mitigasi untuk menyelamatkan dananya.

Kualitas Laporan Keuangan

Keabsahan laporan keuangan yang diaudit oleh KAP memang menjadi sebuah patokan dalam membuat sebuah keputusan investasi. Tanpa data yang valid dari sebuah laporan keuangan, investor bisa keliru menilai kualitas sebuah perusahaan.

Hal itu tentu berisiko, sebab kalau salah dapat informasi, investor yang bersangkutan bisa rugi. Makanya, dalam banyak buku dan seminar investasi, investor selalu dianjurkan membaca laporan keuangan dengan cermat dan teliti.

Saya pun terbiasa melakukan hal itu. Sebelum membeli sebuah saham, misalnya, saya akan membaca laporan tahunannya sebab di situ tersaji banyak informasi tentang perusahaan. 

Tak hanya laporan keuangan, profil perusahaan dan jajaran direksinya pun ada di dalamnya, sehingga dengan membaca laporan tersebut, kita bisa mengenal perusahaan lebih dekat.

Hal awal yang biasanya saya lakukan sebelum menelusuri laporan keuangannya ialah membaca opini yang ditulis oleh auditor. Saya ingin mengetahui auditor mana yang bertugas mengecek data di laporan tersebut. Saya juga ingin memastikan bahwa auditor tersebut punya rekam jejak yang baik, sehingga hasil auditnya bisa dipercaya.

Caranya cukup mudah. Ketik saja nama auditor yang tertera dan tambahkan kata "kasus" di depannya. Misal, di mesin pencari, tulislah kata "kasus kantor akuntan publik abcd". Dalam hitungan detik, akan muncul semua informasi yang berhubungan kantor tersebut. Kalau kita tidak menemukan "dosa" yang pernah diperbuat oleh KAP tersebut pada masa lalu, boleh dipastikan bahwa hasil auditnya sudah tepat.

Hal berikutnya ialah opini yang disampaikan oleh auditor. Kalau dalam laporannya, auditor menulis banyak catatan yang mengindikasikan kecurangan, boleh jadi, manajemen perusahaan telah melakukan manipulasi data.

Alih-alih terus membaca, lebih baik kita meninggalkan laporan yang satu ini, dan beralih membaca laporan keuangan lainnya. Untuk apa kita berinvestasi di sebuah perusahaan yang manajemennya berupaya membohongi investornya?

Selanjutnya, kalau KAP-nya terbukti punya reputasi yang bagus dan opini yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian, investor perlu mencermati cara penyajian laporan keuangannya.

Laporan keuangan yang baik adalah laporan yang disajikan dengan jelas dan mudah dipahami. Bahkan, biarpun latar belakang pendidikan Anda bukanlah sarjana ekonomi, Anda bisa memahaminya dengan baik, karena semua datanya dituangkan secara rapi, runtut, dan sederhana.

Sementara kalau Anda menemukan laporan keuangan yang isinya jlimet, sehingga Anda susah mengerti maksudnya, boleh jadi, ada sesuatu yang disembunyikan. 

Dengan demikian, manajemen perusahaan dan auditor telah alpa mengungkapkan kebenaran di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan. Jika anda berjumlah dengan laporan keuangan seperti ini, lebih baik jauhi.

Penutup

Reputasi sebuah KAP tidak dibentuk dari seberapa megah kantornya, atau seberapa banyak karyawannya, tetapi seberapa jujur sebuah kebenaran disampaikan. Makanya, dalam industri ini, kejujuran ialah segalanya. Tanpa kejujuran, jangan harap bisnis yang dijalankan akan bernapas panjang.

Namun, sayangnya, sikap jujur yang seharusnya dijaga belakangan tercederai oleh kasus yang dialami beberapa KAP. Hal ini jelas perlu dibenahi dan diperbaiki untuk menjaga kondusivitas iklim investasi.

Investor tentu berharap kejadian tersebut tidak terulang pada masa depan. Dengan demikian, investasi yang dilakukan dapat berlangsung lancar dan aman.

Salam.

Referensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun