Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Investasi Itu Bernama "Shin Tae-Yong"

30 Desember 2019   09:01 Diperbarui: 30 Desember 2019   09:03 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurgen Kloop (sumber: inews.id)

Siapapun yang menyaksikan Piala Dunia 2018 pasti mengetahui "kehebohan" yang tercipta dalam laga antara Korea Selatan (Korsel) melawan Jerman.

Pada waktu itu, secara mengejutkan, "Tim Negeri Ginseng" berhasil mengalahkan "Tim Panser" dengan skor 2-0. Berkat gol yang dilesakkan oleh Kim Young-Gwon dan Son Heung-Min pada menit-menit terakhir pertandingan, Timnas Jerman "sukses" angkat koper lebih dini dari Piala Dunia!  

Meskipun menuai kemenangan, sayangnya, Timnas Korsel yang pada saat itu dilatih oleh Shin Tae-Yong tetap gagal lolos ke babak berikutnya. Korsel kalah bersaing dengan Timnas Swedia dan Meksiko, yang keluar sebagai juara dan runner up Grup F.

Walaupun demikian, Korsel bisa pulang dengan kepala tegak. Kemenangan atas Jerman sepertinya menjadi "catatan manis" di balik "rapor merah" yang didapat Korsel dalam Piala Dunia tersebut.

Biarpun sudah setahun berlalu, "catatan manis" itu ternyata masih menimbulkan dampak, terutama bagi karier pelatih Shin Tae-Yong. Berkat catatan itu, Shin Tae-Yong kini dipercaya oleh PSSI untuk menjadi pelatih Timnas Senior dan U-20.

Catatan itu tampaknya menjadi alasan kuat PSSI lebih memilihnya daripada Luis Milla. Dengan pengalaman berkiprah di kejuaraan kelas dunia, jangan heran kalau PSSI berani mengontraknya selama 4 tahun.

Ketua umum PSSI, Mochamad Iriawan, sepertinya ingin berinvestasi jangka panjang. Pria yang kerap disapa "Iwan Bule" ini sadar bahwa membangun sebuah timnas yang solid butuh waktu bertahun-tahun.

Hal ini tentu bukan sekadar asumsi. Sudah ada beberapa klub yang memberikan durasi kontrak jangka panjang kepada seorang pelatih dalam upaya membangun sebuah tim yang kuat dan solid.

Sebut saja klub Liverpool yang berinvestasi dengan mendatangkan Jurgen Kloop pada tahun 2015. Kloop yang sebelumnya menangani Borussia Dortmund dipercaya melanjutkan kerja Brendan Rodgers dalam mengelola skuad Liverpool.

Jurgen Kloop (sumber: inews.id)
Jurgen Kloop (sumber: inews.id)
Pada awal kepelatihannya, Kloop belum bisa memberi gelar untuk Liverpool. Memang Liverpool sempat tampil di Final Liga Eropa dan Liga Champion, tetapi mereka harus pulang dengan tangan hampa karena dikalahkan tim lain.

Alih-alih langsung memecat karena minim prestasi, manajemen Liverpool malah terus mempertahan Kloop. Mereka sadar bahwa membentuk tim yang tangguh memerlukan waktu. Mereka memutuskan memberi Kloop lebih banyak kesempatan dan dukungan.

Hasilnya? Sangat memuaskan! Di bawah komando Kloop, kini Liverpool memenangi banyak gelar dan menjelma menjadi tim yang amat ditakuti di Inggris dan Eropa!

Hal itulah yang mungkin menjadi salah satu pertimbangan PSSI saat menunjuk Shin Tae-Yong sebagai Pelatih Timnas Indonesia selama empat tahun ke depan. Meskipun sempat menuai kontra dari sejumlah pihak, PSSI tetap pada keputusannya.

Seperti halnya Liverpool, PSSI ingin memberi pelatihnya banyak kesempatan untuk memperlihatkan kualitas kerjanya. Selebihnya, biarlah hasil yang berbicara.

Investasi Jangka Panjang

Keputusan PSSI dalam mendatangkan Shin Tae-Yong sebetulnya mirip dengan keputusan investor dalam membeli saham. Investor yang mempunyai horison jangka panjang biasanya akan menyimpan saham dalam waktu yang lama.

Investor ini sadar bahwa sebuah bisnis butuh waktu untuk bertumbuh. Kalau pertumbuhannya baik, tentu harga sahamnya akan naik.

Untuk mewujudkan hal itu, investor mesti memberi saham-saham yang dimiliknya banyak waktu. Semakin lama waktu investasi, semakin besar potensi keuntungan yang akan didapat.

ilustrasi kesabaran (sumber: thehealthy.com)
ilustrasi kesabaran (sumber: thehealthy.com)
Sayangnya tidak semua investor bisa sesabar itu. Teman saya, misalnya, kemarin memutuskan menjual saham BBRI setelah untung beberapa persen saja. Ia memang baru menjadi investor saham pada tahun ini, sehingga fluktuasi harga sering membikinnya gugup.

Saya takut harganya turun lagi, katanya. Sebelumnya, saham BBRI yang dibelinya memang sempat meluncur sekitar 8-9% dari harga beli.

Lama teman saya menunggu hingga harganya naik kembali. Hal ini mungkin membuatnya gelisah. Makanya, begitu harganya naik sedikit, ia langsung profit taking karena khawatir harganya besok bisa turun.

Sementara, saya justru enggan melakukan profit taking sedini itu. Saya sadar bisa kehilangan kesempatan untuk merealisasikan keuntungan jika harganya berbalik turun. Namun, saya memandang bahwa penurunan harga adalah kesempatan untuk membeli lebih banyak.

Apalagi kalau perusahaan yang sahamnya saya koleksi senang berekspansi. Saya malah tambah semangat menyerok sahamnya di harga lebih rendah karena saya tahu, selama perusahaan rajin melakukan ekspansi, selalu ada jaminan pertumbuhan pada masa depan, dan hal itu bisa berarti harga sahamnya akan naik.

Dengan pemikiran demikian, saya jadi tidak terlalu merisaukan penurunan harga saham yang sifatnya sementara. Kadang penurunan ini terjadi selama berhari-hari, kadang bermingu-minggu, kadang pula berbulan-bulan.

Namun, selama fundamentalnya tetap solid dan IHSG belum "crash", saya dapat terus tidur nyenyak. Saya membiarkan saham-saham tersebut lebih banyak kesempatan untuk bertumbuh.

Kesabaran seperti ini memang tidak bisa dipelajari dari seminar atau buku, tetapi terbentuk berkat "jam terbang" yang panjang. Dibutuhkan waktu investasi yang lama agar seorang investor terbiasa dengan suasana di pasar saham yang cenderung fluktuatif.

Kalau sudah terbiasa, barulah kesabaran di dalam dirinya akan terwujud secara alami. Dengan demikian, fluktuasi harga yang sifatnya sementara tidak akan terlalu mengusiknya.

Penutup

Membangun tim sepakbola yang tangguh jelas bukan tugas yang mudah. Untuk mewujudkan "the dream team" tersebut, seorang pelatih mesti merekrut pemain yang tepat, menggenjot latihan, dan mengatur strategi yang andal.

Semuanya tentu perlu waktu yang lama agar hasilnya bisa terlihat jelas dan bikin puas.

Demikian pula dengan berinvestasi di pasar saham. Dalam meracik portofolionya, seorang investor mesti membeli saham-saham berfundamental baik yang sudah ditelitinya, mengawasi kinerja perusahaan secara cermat, dan membiarkan saham-sahamnya bertumbuh.

Semua itu juga butuh waktu yang panjang dan investor harus banyak-banyak bersabar. Namun, kalau hasilnya sepadan, tidak ada salahnya hal itu dilakukan.   

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun