Meskipun begitu, untungnya, saya cukup terbantu dengan pengalaman saya sebagai investor saham. Pasar saham yang saya geluti ialah salah satu "tiang" yang menopang SSK. Pemahaman tentang pasar saham itulah yang akhirnya menjadi titik awal dalam mendalami SSK.
Persoalan belum berhenti sampai di situ. Masalah yang muncul berikutnya ialah membahasakannya. Nah, hal ini membikin saya "berpikir keras". Saya khawatir konsep ssk yang "luas" dan "dalam" sulit disampaikan karena terhalang oleh istilah-istilah teknis.
Akhirnya, untuk mengatasi permasalahan tadi, saya memutuskan menyampaikan konsep tersebut dengan menggunakan cerita dan perumpamaan. Walaupun alurnya santai, cara ini dinilai lebih efektif. Orang mungkin akan bosan kalau membaca tulisan yang dihiasi istilah-istilah yang ruwet, tetapi tidak jika menyimak sebuah cerita.Â
Lewat bercerita, hal-hal yang mengganjal bisa lancar diungkapkan.
Sampai sekarang, kalau ada yang bertanya tentang konsep SSK, saya akan menjawab dengan perumpamaan bahwa SSK itu ibarat sebuah cuaca. Kalau cuacanya bagus, tanaman-tanaman di bawah naungannya pun akan bertumbuh dengan baik.
Sementara, Bank Indonesia dan lembaga-lembaga terkait seperti "pawang hujan", yang bertugas mempertahankan stabilitas cuaca tadi. Dengan demikian, hasil panen dapat berlimpah, dan masyarakat yang menikmatinya jadi lebih sejahtera.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H