Cerita horor KKN di Desa Penari menjadi topik yang "hangat" diperbincangkan sepanjang minggu kemarin. Cerita yang ditulis oleh pemilik akun twitter SimpleMan ini memang sungguh menarik, sebab gaya bertuturnya dibuat sedemikian realistis, sehingga siapapun yang membacanya akan percaya bahwa itu adalah kisah yang benar-benar terjadi!
Sewaktu membaca ceritanya secara lengkap baik yang versi Widya maupun versi Nur, saya dibuat "terhanyut" oleh perjalanan enam sekawan yang melakukan Kuliah Kerja Nyata di sebuah desa yang terletak di Timur Pulau Jawa pada tahun 2009.
Seperti film horor, ceritanya mempunyai intensitas yang kuat. Berbagai kejadian mistis disajikan secara bertahap. Mulai dari firasat buruk yang didapat sebelum mereka melakukan KKN hingga teror yang dilancarkan makhluk halus selama mereka menetap di desa tersebut.
Terlepas dari benar-tidaknya isi cerita, sejak dirilis, KKN di Desa Penari nyatanya telah menciptakan "kehebohan" di dunia maya. Tak hanya netizen, awak media pun ikut-ikutan dibikin penasaran.
Buktinya, sampai tulisan ini dibuat, masih ada banyak media yang mengulas cerita tadi. Beramai-ramai mereka ingin menelusuri lokasi desa yang mirip dengan latar cerita, menguak fakta seputar cerita tersebut, hingga mencoba menemukan "jejak" para tokohnya di dunia nyata.
Saya pun ikut "latah" membahas cerita tersebut di dalam artikel ini. Hanya saja, saya enggan mengupasnya dari sudut pandang "metafisika" karena itu bukanlah bidang saya.Â
Saya juga tidak ingin membedah kronologinya sebab sebelum tulisan ini ditayangkan, saya lihat, sudah ada kompasianer lain yang melakukannya. Selengkapnya pembaca bisa menyimaknya di artikel tersebut, atau membacanya langsung di twitter.
Saya tertarik menelaah dampak tren yang dihasilkan oleh cerita KKN di Desa Penari. Bahwa semenjak sukses merebut perhatian banyak orang, ada begitu banyak konten digital yang "lahir" membahas cerita tersebut. Ada yang mengupasnya di blog, di media sosial, atau bahkan di youtube.
Uniknya, seperti sumbernya, konten itu pun ikut-ikutan menuai banyak viewer di internet. Mayoritas konten yang membicarakan kisah KKN di Desa Penari laris dikunjungi netizen.
Hal itu tentu menjadi "angin segar" bagi para pembuat konten. Sepertinya kemunculan cerita KKN di Desa Penari telah membawa "berkah" tersendiri, sehingga mereka bisa mempunyai bahan yang bagus untuk ditampilkan di kanal media masing-masing.
Karena sedang naik daun, jangan heran kalau satu konten yang memuat kisah KKN di Desa Penari bisa menjadi "tenbagger". Istilah "tenbagger" mungkin masih terdengar asing. Saya meminjam istilah tersebut dari Peter Lynch, seorang manajer investasi terkenal dari Fidelity, sebuah perusahaan reksadana terkemuka di Amerika Serikat.
Nama Lynch menjadi "legenda" di bursa saham Amerika Serikat karena selama 13 tahun berkarier, ia mampu menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 27 kali lipat! Imbal hasil yang diraih Lynch selalu melampaui indeks saham, seperti Nasdaq, Dow Jones, dan S&P 500. Sebuah prestasi yang sukar diperoleh oleh manajer investasi manapun!
Selain "fast grower", ada lima jenis lain yang dikelompokkan oleh Lynch. Yang pertama ialah "slow grower". Lynch mengibaratkan saham jenis ini sebagai karyawan yang punya gaji UMR. Setiap tahun pertumbuhan laba-nya cenderung lambat, hanya 5-7%.
Bersama "stalwarts" (jenis saham yang kedua), Lynch menjadikan "slow grower" sebagai "benteng" manakala resesi menyerbu bursa saham. "Slow grower" biasanya mempunyai fundamental yang bagus sehingga bisa tahan terhadap krisis ekonomi. "Slow grower" umumnya ditemukan di sektor consumer goods. Di Indonesia, saham Unilever (UNVR) termasuk jenis ini.
Yang kedua adalah "stalwarts". Lynch mengumpamakan saham jenis ini sebagai karyawan berprestasi yang setiap tahun mendapat promosi dan terus naik gaji. Saham jenis ini punya pertumbuhan laba yang kuat, antara 12 sampai 15% per tahun.Â
Yang ketiga adalah "fast grower". Lynch mengibaratkan saham jenis ini sebagai aktor/aktris yang kariernya terus melesat dengan cepat. Grafik harga saham "fast grower" sudah seperti roket, naik dan akan terus naik.
Yang keempat ialah "cyclical". Di mata Lynch, saham jenis ini ibarat petani yang penghasilannya musiman. Saham jenis ini mudah dikenali dan ditemukan.Â
Di Bursa Efek Indonesia, saham di sektor agriculture, mining, basic industry and chemicals, dan automotive tergolong saham jenis ini karena pertumbuhannya berdasarkan kondisi ekonomi. Saat ekonomi sedang baik, saham-saham tersebut bisa melaju paling depan. Namun, kalau terjadi resesi, saham-saham tersebut bisa sangat "menderita".
Yang keenam adalah "asset player". Saham jenis ini diumpamakan sebagai orang yang punya banyak warisan. Saham jenis ini biasanya berasal dari sektor properti. Sebab, nilai terbesar perusahaan properti bukanlah penjualannya, melainkan aset tanah yang dimilikinya.
Maka, jangan heran, seperti halnya saham "tenbagger", 1 konten yang membahas topik tersebut bisa mendatangkan imbal hasil lebih dari 10 kali lipat!
Salam.
Adica Wirawan