Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Viral "KKN di Desa Penari" di Mata Peter Lynch

2 September 2019   10:27 Diperbarui: 2 September 2019   10:49 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penganggur (sumber: kompas.com)

Cerita horor KKN di Desa Penari menjadi topik yang "hangat" diperbincangkan sepanjang minggu kemarin. Cerita yang ditulis oleh pemilik akun twitter SimpleMan ini memang sungguh menarik, sebab gaya bertuturnya dibuat sedemikian realistis, sehingga siapapun yang membacanya akan percaya bahwa itu adalah kisah yang benar-benar terjadi!

Sewaktu membaca ceritanya secara lengkap baik yang versi Widya maupun versi Nur, saya dibuat "terhanyut" oleh perjalanan enam sekawan yang melakukan Kuliah Kerja Nyata di sebuah desa yang terletak di Timur Pulau Jawa pada tahun 2009.

Seperti film horor, ceritanya mempunyai intensitas yang kuat. Berbagai kejadian mistis disajikan secara bertahap. Mulai dari firasat buruk yang didapat sebelum mereka melakukan KKN hingga teror yang dilancarkan makhluk halus selama mereka menetap di desa tersebut.

Terlepas dari benar-tidaknya isi cerita, sejak dirilis, KKN di Desa Penari nyatanya telah menciptakan "kehebohan" di dunia maya. Tak hanya netizen, awak media pun ikut-ikutan dibikin penasaran.

Buktinya, sampai tulisan ini dibuat, masih ada banyak media yang mengulas cerita tadi. Beramai-ramai mereka ingin menelusuri lokasi desa yang mirip dengan latar cerita, menguak fakta seputar cerita tersebut, hingga mencoba menemukan "jejak" para tokohnya di dunia nyata.

Saya pun ikut "latah" membahas cerita tersebut di dalam artikel ini. Hanya saja, saya enggan mengupasnya dari sudut pandang "metafisika" karena itu bukanlah bidang saya. 

Saya juga tidak ingin membedah kronologinya sebab sebelum tulisan ini ditayangkan, saya lihat, sudah ada kompasianer lain yang melakukannya. Selengkapnya pembaca bisa menyimaknya di artikel tersebut, atau membacanya langsung di twitter.

Saya tertarik menelaah dampak tren yang dihasilkan oleh cerita KKN di Desa Penari. Bahwa semenjak sukses merebut perhatian banyak orang, ada begitu banyak konten digital yang "lahir" membahas cerita tersebut. Ada yang mengupasnya di blog, di media sosial, atau bahkan di youtube.

Uniknya, seperti sumbernya, konten itu pun ikut-ikutan menuai banyak viewer di internet. Mayoritas konten yang membicarakan kisah KKN di Desa Penari laris dikunjungi netizen.

Hal itu tentu menjadi "angin segar" bagi para pembuat konten. Sepertinya kemunculan cerita KKN di Desa Penari telah membawa "berkah" tersendiri, sehingga mereka bisa mempunyai bahan yang bagus untuk ditampilkan di kanal media masing-masing.

Karena sedang naik daun, jangan heran kalau satu konten yang memuat kisah KKN di Desa Penari bisa menjadi "tenbagger". Istilah "tenbagger" mungkin masih terdengar asing. Saya meminjam istilah tersebut dari Peter Lynch, seorang manajer investasi terkenal dari Fidelity, sebuah perusahaan reksadana terkemuka di Amerika Serikat.

Nama Lynch menjadi "legenda" di bursa saham Amerika Serikat karena selama 13 tahun berkarier, ia mampu menghasilkan tingkat pengembalian sebesar 27 kali lipat! Imbal hasil yang diraih Lynch selalu melampaui indeks saham, seperti Nasdaq, Dow Jones, dan S&P 500. Sebuah prestasi yang sukar diperoleh oleh manajer investasi manapun!

Peter Lynch (sumber: businessinsider.sg)
Peter Lynch (sumber: businessinsider.sg)
Dalam menyusun portofolio investasinya, Lynch selalu mengincar saham-saham "tenbagger". "Tenbagger" ialah istilah untuk saham-saham yang bisa memberikan keuntungan hingga 10 kali lipat. Saham-saham "tenbagger" biasanya berasal dari perusahaan kecil yang pertumbuhan cepat dan kuat. Lynch memasukkan "tenbagger" sebagai "fast grower".

Selain "fast grower", ada lima jenis lain yang dikelompokkan oleh Lynch. Yang pertama ialah "slow grower". Lynch mengibaratkan saham jenis ini sebagai karyawan yang punya gaji UMR. Setiap tahun pertumbuhan laba-nya cenderung lambat, hanya 5-7%.

Ilustrasi Gaji UMR (sumber: .sindonews.net)
Ilustrasi Gaji UMR (sumber: .sindonews.net)
Ciri lain dari "slow grower" ialah grafiknya yang datar-datar saja. Meski butuh waktu puluhan tahun untuk bisa menghasilkan "cuan" besar dari saham jenis ini, Lynch tetap mengoleksinya karena saham jenis ini membagikan dividen yang besar secara rutin.

Bersama "stalwarts" (jenis saham yang kedua), Lynch menjadikan "slow grower" sebagai "benteng" manakala resesi menyerbu bursa saham. "Slow grower" biasanya mempunyai fundamental yang bagus sehingga bisa tahan terhadap krisis ekonomi. "Slow grower" umumnya ditemukan di sektor consumer goods. Di Indonesia, saham Unilever (UNVR) termasuk jenis ini.

Yang kedua adalah "stalwarts". Lynch mengumpamakan saham jenis ini sebagai karyawan berprestasi yang setiap tahun mendapat promosi dan terus naik gaji. Saham jenis ini punya pertumbuhan laba yang kuat, antara 12 sampai 15% per tahun. 

Ilustrasi karyawan naik jabatan (sumber: kompas.com)
Ilustrasi karyawan naik jabatan (sumber: kompas.com)
Saham jenis ini biasanya berasal dari perusahaan besar yang sudah mapan dan punya arus kas yang kuat. Saham Indofood (ICBP) dan Bank BCA (BBCA) tergolong jenis ini.

Yang ketiga adalah "fast grower". Lynch mengibaratkan saham jenis ini sebagai aktor/aktris yang kariernya terus melesat dengan cepat. Grafik harga saham "fast grower" sudah seperti roket, naik dan akan terus naik.

Aktris Park Shin-Hye (sumber: .okeinfo.net)
Aktris Park Shin-Hye (sumber: .okeinfo.net)
Ciri lain dari "fast grower" ialah price earning ratio-nya sangat tinggi, bisa lebih dari 50 kali! Potensi keuntungan yang dijanjikannya sebanding dengan kerugiannya. Biasanya, saham ini ialah saham yang baru beberapa tahun IPO. Di saham-saham jenis inilah bisa ditemukan "tenbagger".

Yang keempat ialah "cyclical". Di mata Lynch, saham jenis ini ibarat petani yang penghasilannya musiman. Saham jenis ini mudah dikenali dan ditemukan. 

Di Bursa Efek Indonesia, saham di sektor agriculture, mining, basic industry and chemicals, dan automotive tergolong saham jenis ini karena pertumbuhannya berdasarkan kondisi ekonomi. Saat ekonomi sedang baik, saham-saham tersebut bisa melaju paling depan. Namun, kalau terjadi resesi, saham-saham tersebut bisa sangat "menderita".

Ilustrasi petani (sumber: okeinfo.net)
Ilustrasi petani (sumber: okeinfo.net)
Yang kelima adalah "turnaround". Saham jenis ini diibaratkan sebagai seorang penganggur yang sudah bangkrut, tetapi masih punya potensi untuk bangkit lagi. Di bursa saham, saham jenis ini dulunya pernah menorehkan prestasi gemilang. Namun, karena kalah bersaing dengan perusahaan lain, prestasinya memudar dan saham ini dijual dengan harga murah.

Ilustrasi penganggur (sumber: kompas.com)
Ilustrasi penganggur (sumber: kompas.com)
Meskipun disebut tidak punya harapan, tetapi karena punya potensi tertentu, Lynch masih berminat membelinya. Sebab, kalau pada suatu hari, manajemen melakukan inovasi dan inovasi tersebut berhasil memberi perubahan positif bagi kinerja perusahan, boleh jadi, harga sahamnya akan terangkat kembali.

Yang keenam adalah "asset player". Saham jenis ini diumpamakan sebagai orang yang punya banyak warisan. Saham jenis ini biasanya berasal dari sektor properti. Sebab, nilai terbesar perusahaan properti bukanlah penjualannya, melainkan aset tanah yang dimilikinya.

Ilustrasi harta warisan (sumber: cdn2.tstatic.net)
Ilustrasi harta warisan (sumber: cdn2.tstatic.net)
Jika meminjam istilah yang dipopulerkan Peter Lynch, konten yang menampilkan topik tentang KKN di Desa Penari memang berpotensi menjadi "tenbagger". Selama masih ramai diperbincangkan, boleh jadi, konten tersebut bisa terus "kebanjiran" banyak viewer. 

Maka, jangan heran, seperti halnya saham "tenbagger", 1 konten yang membahas topik tersebut bisa mendatangkan imbal hasil lebih dari 10 kali lipat!

Salam.

Adica Wirawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun