Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Uang Tunai Bikin Investasi Lebih Santai di Tengah "Badai Resesi"?

27 Agustus 2019   09:01 Diperbarui: 27 Agustus 2019   12:07 1411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laporan Keuangan Kuartal 2 SMSM (sumber: dokumentasi Adica)

Jangan sampai kita membeli saham dari perusahaan yang utangnya kecil (DER di bawah 1 kali) dan yang untungnya besar (ROE di atas 10%), tetapi arus kas-nya minus! Hal itu tentu bisa jadi persoalan. Kalau tidak punya uang tunai di bank, bagaimana perusahaan bisa melanjutkan kegiatan operasionalnya dan membayar utang yang sudah jatuh tempo?

Oleh karena itulah, saya kemudian menggunakan rasio lain untuk mengukur jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan. Rasio itu ialah Cash Ratio dan Current Ratio.

Sesuai namanya, Cash Ratio adalah rasio keuangan yang menggambarkan jumlah kas yang sangat likuid di Neraca. Rasio ini membandingkan pos Kas dan Setara Kas di kolom Aset dengan Utang Jangka Pendek di kolom Liabilitas. Kalau nominal Kas dan Setara Kas lebih besar daripada Utang Jangka Pendek, artinya perusahaan jauh dari kata "bangkrut".

Saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) bisa menjadi contoh. Di Laporan Keuangan kuartal 2, pos Kas dan Setara Kas-nya berjumlah 1,3 triliun rupiah, sementara Utang Jangka Pendek-nya 750 miliyar rupiah. Dengan jumlah uang tunai sebesar itu, LSIP dapat melunasi utangnya dengan mudah.

Laporan Keuangan Kuartal 2 LSIP (sumber: dokumentasi Adica)
Laporan Keuangan Kuartal 2 LSIP (sumber: dokumentasi Adica)
Meskipun sektor usahanya sedang mengalami krisis (LSIP bergerak di industri kepala sawit yang beberapa tahun belakangan sedang tertekan akibat penurunan harga CPO di pasar global), perusahaan ini sanggup bertahan dengan baik dalam jangka panjang.

Ketersediaan uang tunai yang berlimpah menjadi modal yang baik bagi LSIP supaya tetap beroperasi sambil menunggu membaiknya harga CPO.

Bandingkan dengan kondisi kas PT Astra Agro Lestari Tbk di kuartal yang sama. Perusahaan berkode AALI ini punya simpanan uang tunai sebesar 375 miliar rupiah, sedangkan Utang Jangka Pendek-nya 3,9 triliun rupiah. Dengan jumlah kas sebesar itu, AALI perlu mencari cara lain untuk membayar utang-utangnya yang jatuh tempo dalam waktu dekat.

Laporan Keuangan Kuartal 2 AALI (sumber: dokumentasi Adica)
Laporan Keuangan Kuartal 2 AALI (sumber: dokumentasi Adica)
Walaupun berasal dari sektor yang sama, kondisi fundamental LSIP jelas lebih kuat daripada AALI. Sebab, LSIP memiliki pasokan uang tunai yang banyak, yang bisa dipakai untuk berjaga-jaga kalau terjadi krisis. Jadi, jangan heran, biarpun harga CPO sedang merosot, usaha LSIP dapat terus berjalan dengan lancar.

Sementara, Current Ratio lebih luas cakupannya daripada Cash Ratio. Kalau Cash Ratio hanya memperhatikan pos Kas dan Setara Kas, Current Ratio meliputi aspek lainnya. Aspek itu ialah piutang, perlengkapan, dan semua pos yang tercantum di kolom Aset Lancar.

Cara menghitungnya pun mirip. Current Ratio dihitung dengan membandingkan Aset Lancar dan Utang Jangka Pendek. Idealnya, Aset Lancar minimal 2 kali dari Utang Jangka Pendek.

Current Ratio memberi gambaran kondisi kas yang lebih luas daripada Cash Ratio. Jika hanya mengandalkan Cash Ratio, kita bisa mengalami "bias" dalam menilai fundamental perusahaan. Sebab, ada perusahaan yang Cash Ratio-nya kecil, tetapi Current Rationya besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun