Sewaktu akan berinvestasi di saham komoditas, saya sering merasa "gamang". Sebab, saya tahu, saham tipe ini susah sekali diprediksi pertumbuhannya. Maklum, harga sahamnya cenderung mengikuti harga komoditas yang dihasilkannya.
Makanya, saham jenis ini tentu perlu penanganan khusus. Sebab, kalau dibiarkan begitu saja, investasi yang dilakukan bisa sangat berisiko. Sudah ada sejumlah kasus ketika investor mendapat kerugian setelah membeli saham komoditas.
Satu contoh yang bisa dibahas ialah kasus yang dialami teman saya. Beberapa waktu lalu, ia membeli saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) di harga 800/lembar. Jika dilihat dari valuasi harganya, saham ANTM sebetulnya sudah "kemahalan" (Price Earning Ratio-nya sudah 27 X).
Meski begitu, teman saya tetap nekat membeli saham tadi. Ia melihat harga emas cenderung naik, hingga menyentuh Rp 700.000 per gram, dan hal itu tentu akan ikut "melambungkan" harga saham ANTM.
Pilihannya memang tidak salah. Hanya dalam beberapa minggu saja, harga saham ANTM terkerek, dan ia menjualnya di harga Rp 870! "Lumayan, untungnya di atas deposito," katanya.
Sayangnya, teman saya terlalu "dini" melepas saham tadi, sebab harganya kemudian naik menjadi Rp 950-an. Andaikan memegangnya lebih lama, tentu ia akan mendapat cuan (untung) yang lebih besar.
Alih-alih ikhlas, teman saya justru merasa "bimbang". "Iman"-nya sebagai investor saham tergoda oleh kenaikan harga emas yang diprediksi akan terus berlanjut hingga akhir tahun. Ia tentu tidak mau melewatkan "kesempatan emas" tersebut.
Maka, teman saya kemudian memborong lagi saham ANTM di harga Rp 960-an, dan sialnya, sekarang investasinya justru "nyangkut". Sampai tulisan ini dibuat, harga saham ANTM turun menjadi Rp 895.
Dari pengalaman teman saya tadi, saham komoditas, seperti pertambangan dan minyak sawit (CPO), bukanlah jenis saham yang "ramah" bagi investor. Hal itu bisa dibuktikan dengan grafik pergerakan harganya, yang cenderung naik-turun seperti yoyo dalam waktu 10 tahun. Jadi, kalau berinvestasi di saham-saham jenis ini untuk waktu yang lama, jangan harap investor bisa menuai untung besar.
Warren Buffett, seorang investor terkenal, cenderung menghindari saham jenis ini. Sebab, ia sulit memprediksi aliran pendapatan dan arus kasnya dalam jangka panjang. Ia lebih tertarik berinvestasi di perusahaan-perusahaan lawas, yang sudah terbukti pertumbuhan pendapatannya. Menurutnya, dengan berinvestasi di saham perusahaan tersebut, dana yang dimiliknya bisa aman, awet, dan lestari.
Namun, bukan berarti saham-saham komoditas mesti diabaikan. Memang saham-saham ini penuh dengan ketidakpastian, tetapi kalau ditangani dengan strategi yang jitu, investor tetap bisa meraup untung darinya.