Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jejak Feminisme di Film "Toy Story 4"

22 Juni 2019   09:10 Diperbarui: 22 Juni 2019   09:14 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixar
sumber: pixar

Sudah sejak lama, Gabby ingin memiliki pengasuh. Namun, tidak ada anak yang bersedia merawatnya karena ia adalah mainan rusak. Kotak suara di dalam tubuhnya cacat sehingga hanya menghasilkan suara yang sumbang jika ditarik. Dalam kondisi demikian, ia merasa tidak akan ada anak yang mau berteman dengannya.

Kesempatan Gabby untuk memperbaiki "nasib" muncul setelah ia bertemu dengan Woody. Ia tahu bahwa Woody mempunyai kotak suara yang serupa dengannya. Dengan mengambil suku cadang dari kotak suara Woody, ia bisa membetulkan kotak suara miliknya. Dengan begitu, ia akan menjadi mainan sempurna, yang akan diinginkan semua anak.

Namun, tentu Woody tidak langsung menyerahkan "organ tubuh"-nya tersebut. Setelah Gabby dan pasukannya berupaya merebut kotak suara tadi secara paksa, Woody berhasil kabur.

Woody memang bisa menyelamatkan diri. Namun, tidak demikian dengan Forky. Forky kemudian ditawan Gabby, dan jika ingin Forky kembali, Woody mesti menyerahkan "tebusan", yakni kotak suaranya sendiri.

Woody kemudian berupaya menyelamatkan Forky. Pada saat itulah ia berjumpa dengan kawan lamanya, yakni Bo Peep. Meskipun merasa senang, sejatinya, ia menemukan sesuatu yang "berbeda" dalam diri temannya tersebut.

Bo telah berubah menjadi sesosok wanita yang agresif, mandiri, dan tangguh. Beda sekali dengan Bo yang dulu, yang kalem, anggun, dan santun.

sumber: pixar
sumber: pixar

Kehidupan yang keras sepertinya telah membentuk kepribadian Bo sedemikian rupa. Setelah "dibuang" beberapa tahun lalu, Bo terus belajar bertahan hidup tanpa pengasuh yang merawatnya. Tak terbayangkan bagaimana kesulitan hidup yang dialaminya sewaktu ia berjuang sendirian di tempat-tempat yang asing, dan jauh dari keluarga.

Semua itu pada akhirnya "menempa" diri Bo sehingga ia kemudian menjelma menjadi wanita kuat yang mampu bertahan di tengah krisis kehidupan.

Sewaktu menyaksikan "sepak terjang" Bo di film, saya tiba-tiba teringat pada aliran feminisme modern yang diusung oleh Simone de Beauvoir. Beauvoir adalah filsuf wanita asal Perancis yang terkenal karena menyuarakan kesetaraan perempuan di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun