Kenaikan harga yang terjadi secara tiba-tiba seperti itu tak hanya berlaku untuk layanan VPN. Produk lain, seperti saham, juga mengalaminya dalam situasi tertentu.
Sebagaimana diketahui, harga saham memang dipengaruhi oleh besaran permintaan dan penawaran. Jika permintaan lebih banyak daripada penawaran, harganya bisa naik. Sebaliknya, kalau lebih sedikit, harganya akan turun.
Meski demikian, terkadang jumlah permintaan yang besar tidak serta-merta "melambungkan" harga saham. Ada saham tertentu yang "malas" beranjak dari posisinya biarpun telah didukung oleh permintaan yang berlimpah. Saham jenis ini umumnya lambat bergerak dan butuh waktu yang relatif lama untuk menghasilkan keuntungan yang besar.
Semua itu bisa jadi disebab oleh jumlah saham yang beredar. Semakin sedikit jumlah saham yang beredar, umumnya semakin cepat pula fluktuasi harganya. Sebaliknya, semakin berlimpah lembar suatu saham, semakin lamban pergerakannya.
Saham BBCA (PT Bank Central Asia Tbk) dan BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk) bisa menjadi contoh untuk menjelaskan hal tersebut. Di bursa saham, BBCA dan BBRI adalah "primadona". Keduanya tergolong sebagai saham unggulan.Â
Selain menguasai pangsa pasar yang luas, keduanya juga memiliki kapitaliasi pasar yang besar. Makanya, jangan heran, keduanya kerap jadi "langganan" investor untuk menanam modal.
Meskipun termasuk saham yang hebat, mengapa harga kedua saham tadi bisa berbeda jauh? Apa yang menyebabkan saham BBCA bisa dihargai Rp 28.000-an/ lembar, sementara BBRI "hanya" 3.800-an/ lembar?
Jawaban atas pertanyaan tadi bisa dilihat dari jumlah saham yang beredar. BBCA punya saham beredar sekitar 24 miliyar lembar, lebih sedikit daripada BBRI yang berjumlah sekitar 123 miliyar. Dengan jumlah saham yang sedikit, dan dibarengi permintaan yang banyak, jangan heran, harga saham BBCA bisa lebih cepat naik daripada BBRI.
Hal itu tentu bisa jadi pertimbangan investor dalam memilih saham. Kalau ingin memperoleh untung besar, investor dapat membeli saham-saham yang jumlah lembar saham beredarnya sedikit. Saham-saham ini umumnya punya kapitalisasi pasar yang sedang dan kecil (di bawah 15 triliyun rupiah).