Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bulan "Ter-Cuan" untuk Berinvestasi Saham

29 April 2019   09:01 Diperbarui: 29 April 2019   12:57 1233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bulan ter-cuan untuk berinvestasi saham (sumber: theglobeandmail.com)

Setiap pulang ke kampung halaman, saya senang melihat petak-petak sawah yang terhampar di sepanjang jalan. Petak-petak sawah tadi sungguh "menyejukkan" mata karena dipenuhi oleh hamparan padi yang sudah menguning. Masa panen sepertinya sudah tiba dan sejumlah petani tampak sibuk di sekitar sawah. Mereka bersiap memetik hasil jerih payahnya dalam waktu dekat.

Selalu ada yang menarik ditelisik sewaktu saya melihat tanaman padi. Apalagi kalau itu dihubungkan dengan berinvestasi saham. Sebab, berinvestasi saham ternyata mirip dengan bertanam padi, terutama dalam urusan "waktu tanam" dan "waktu panen".

Setahu saya, waktu terbaik untuk menanam padi adalah awal musim hujan. Bulan-bulan yang diakhiri dengan bunyi -er, seperti September, Oktober, November, atau Desember, sering menjadi waktu yang tepat untuk mulai menanam padi.

Alasannya sederhana. Pada bulan-bulan tadi, curah hujan biasanya sedang tinggi. Pasokan air jadi berlimpah. Petani tidak perlu khawatir mencari sumber mata air untuk "menghidupi" tanamannya. Makanya, jangan heran, sepanjang bulan tadi, petani terlihat sibuk bekerja membajak sawah, dan mulai menanam padi di tanah yang gembur.

Proses penanaman padi biasanya menghabiskan waktu sekitar empat-lima bulan. Saat padi-padi sudah mulai matang sekitar Bulan April, petani sibuk memanen hasil kerja kerasnya. Mereka memangkas batang-batang padi yang sudah kuning, melakukan penggilingan gabah, dan kemudian mengolah beras yang sudah jadi untuk dijual atau dikonsumsi.

memanen padi di sawah (sumber: majalahkartini.co.id)
memanen padi di sawah (sumber: majalahkartini.co.id)

Setelah masa panen berakhir, sawah-sawah biasanya dibiarkan "menganggur" atau ditanami tumbuhan lain. Para petani tahu, setelah Bulan April, akan masuk musim kemarau, dan itu bukanlah waktu yang pas untuk bertanam padi.

Biarpun padi sejatinya bisa tumbuh pada musim apapun asalkan tercukupi semua kebutuhannya, petani enggan ambil risiko. Kalau mereka tetap menanam pada musim kemarau, potensi gagal panen akan jauh lebih besar.

Seperti bertanam padi, berinvestasi saham pun demikian. Sebelum menanamkan modal di saham, ternyata kita mesti pilih-pilih bulan. Pasalnya, tidak semua bulan "menawarkan" kondisi yang tepat untuk berinvestasi saham. Ada bulan-bulan tertentu yang termasuk best period. Ada pula bulan-bulan lain yang tergolong worst period. Sebagai investor, kita mesti mengenali periode tadi untuk mengoptimalkan keuntungan dari investasi saham yang dilakukan.

Serupa dengan musim tanam padi, bulan terbaik untuk berinvestasi saham adalah November-April. Sepanjang periode tadi, mayoritas harga saham umumnya akan bergerak naik. Saham-saham yang sebelumnya turun atau melempem bisa bangkit.

Fenomena tadi boleh jadi merupakan imbas dari Santa Claus Rally atau January Effect. Kedua fenomena itu menggambarkan optimisme investor dalam menyambut pergantian tahun. Investor yang "diselimuti" rasa optimis tadi umumnya rajin mengoleksi saham. Hal itulah yang kemudian menyebabkan harga saham membumbung.

Dari pengalaman berinvestasi saham, saya "mengamini" fenomena tadi. Sejumlah saham yang saya amati menunjukkan kinerja yang baik selama periode tersebut. Saham INDF (PT Indofood Sukses Makmur Tbk) bisa menjadi contoh. 

Sepanjang tahun 2018, kinerja saham INDF kurang begitu memuaskan. Di laporan keuangan kuartal I, II, dan III, perusahaan mencatatkan laba yang lebih rendah daripada periode sebelumnya. Makanya, jangan heran, harganya pun luruh perlahan sejak tanggal 8 Januari hingga 11 November 2018. 

Namun, tren negatif itu ternyata tidak berlangsung lama. Sebab, sejak tanggal 12 November 2018, INDF menemukan "titik balik". Pada periode itu, ada begitu banyak investor yang mulai mengoleksi sahamnya dan harganya terus "menggelembung".

pergerakan saham INDF pada akhir tahun 2018 (sumber: dokumentasi Adica)
pergerakan saham INDF pada akhir tahun 2018 (sumber: dokumentasi Adica)

Contoh lainnya adalah saham PT Matahari Departemet Store, Tbk. (LPPF). Seperti INDF, pada tahun 2018, harga LPPF terus longsor sebagai akibat turunnya laba yang dicetak perusahaan. Saham LPPF yang dihargai 11.000-an pada bulan Januari 2018 meluncur menyentuh angka Rp 4.000-an pada bulan November 2018.

Pada bulan Desember 2018, sempat ada sentimen positif yang "mendongkrak" harga saham LPPF. Sentimen itu ialah libur akhir tahun. Pada masa libur, penjualan Matahari diprediksi akan "menggelembung". Jelang pergantian tahun, diperkirakan akan ada begitu banyak orang yang membeli pakaian di gerai-gerai Matahari.

Atas dasar itulah banyak investor yang kemudian berspekulasi. Mereka berasumsi bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik pada akhir tahun lantaran meningkatnya angka penjualan. Setidaknya itu akan menjadi semacam "katalis" untuk memperbaiki kinerja perusahaan sepanjang tahun.

Investor kemudian berbondong-bondong mengoleksi saham LPPF. Harga saham LPPF yang tadinya sempat terpuruk berangsur-angsur melejit hingga menyentuh Rp 7.000-an/ lembar pada bulan Januari 2019.

Fenomena tadi juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rudyanto. Sebagai seorang perencana keuangan, ia tertarik menguji keakuratan best period (November-April) dalam berinvestasi saham. Dengan sampel 17 tahun terakhir (2001-2018), ia mendapati bahwa tingkat akurasi untuk best period ialah 62%. Artinya, kalau kita berinvestasi saham sepanjang periode tadi, hampir dipastikan kita selalu menuai untung.

Lalu, bagaimana dengan imbal hasilnya? Menurut pengamatan Rudy, jika kita menanam modal sebesar 1 juta rupiah hanya pada best period selama 17 tahun, uang tadi bisa bertumbuh menjadi 24 juta atau naik 2.300%! Persentase itu jelas mengungguli imbal hasil yang didapat pada periode lain.

return investasi saham selama best period (sumber: rudiyanto.blog.kontan.co.id)
return investasi saham selama best period (sumber: rudiyanto.blog.kontan.co.id)

Dari uraian tadi, kita bisa menyimpulkan bahwa bulan November-April adalah waktu ter-"cuan" dalam berinvestasi saham. Itu adalah waktu yang tepat untuk masuk dan keluar pasar saham. 

Periode tersebut menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar daripada periode lainnya. Oleh sebab itu, kalau tertarik mendulang untung dari investasi saham, belilah saham pada Bulan November, dan juallah pada Bulan April.

Sell in May and go away!

Salam.
Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Referensi:

kompasiana.com/adica.wirawan
kompasiana.com
kontan.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun