Ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan. Di antaranya, mungkin investor asing melihat ekonomi global sedang kurang kondusif pada tahun ini. Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang masih tarik-ulur dan keputusan Brexit di Tanah Britania yang belum kunjung rampung menjadi sentimen negatif, yang menyebabkan banyak investor menarik duitnya dari pasar saham.
Alasan berikutnya, investor asing barangkali sedang butuh uang untuk diinvestasikan ke instrumen. Saat uang direkening belum cukup, sementara ada keperluan mendesak yang mesti dilaksanakan, menjual saham bisa menjadi solusi.
Alasan lainnya lagi, investor asing mungkin memandang bahwa jelang rilis laporan keuangan adalah momentum yang tepat untuk merealisasi keuntungan. Kalau mereka jual saham saat kondisi perusahaan sedang bagus, keuntungan yang bisa diperoleh akan jauh lebih besar daripada saat performa bisnis sedang "redup".Â
Makanya, saat ada begitu banyak investor lain yang ingin membeli saham tadi, mereka langsung melakukan aksi jual besar-besaran. Be fearful when others are greedy and greedy when others are fearful.
Saat investor asing sedang "nge-gas", kita perlu bersikap tenang. Jangan terbawa kepanikan sesaat hanya karena harga saham yang kita pegang turun drastis. Alih-alih terpengaruh suasana, lebih baik kita memeriksa penyebabnya. Kalau itu hanya sekadar aksi profit taking yang sifatnya sementara, kita bisa merasa santai.
Namun, beda kasusnya kalau yang jual saham ialah pemegang saham mayoritas. Sebut saja aksi jual yang dilakukan Kravis Roberts (KKR) Jade Investments terhadap saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) beberapa bulan lalu. Sebelumnya, KKR adalah salah satu pemegang saham mayoritas Japfa. Ia menguasai 1,6 miliyar lembar saham yang beredar.
Atas sebuah pertimbangan, manajemen KKR kemudian melego mayoritas saham JPFA beberapa kali. Pada 20 Februari lalu, KKR menjual 385 juta saham yang mewakili 3,28% dari total saham Japfa di harga Rp 2.200 per saham.
Setelah itu, pada 22 Maret kemarin, KKR Jade Investments kembali menjual saham Japfa sebanyak 396 juta saham atau setara dengan 3,38% dari seluruh saham Japfa. Transaksi penjualan kembali dilakukan di harga Rp 2.200 per saham.
Aksi jual tadi mengakibatkan saham JPFA "ambruk". Pada sesi perdagangan Jumat, 5 April kemarin, sahamnya ditutup dengan harga Rp 1.825 per lembar.
Bisa dibayangkan, kalau ada investor yang beli saham JPFA pada bulan yang sama dengan penjualan saham tadi oleh KKR, investor tersebut harus siap sakit hati. Pasalnya, dengan penurunan sedalam itu, butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun supaya harganya kembali seperti sediakala.